daftar pengunjung

Rabu, 11 April 2012

ancaman global freemasonry bab4


-IV-
Mengkaji Ulang Materialisme
Pada bab pertama kita telah mengamati rezim Fir'aun di Mesir Kuno dan mendapati berbagai kesimpulan penting tentang pilar-pilar filosofis penyokongnya. Ciri-ciri paling menarik dari pemikiran Mesir Kuno, sebagaimana telah disebutkan, adalah bersifat materialis, yakni, memegang kepercayaan bahwa materi bersifat kekal dan tidak diciptakan. Dalam buku mereka, The Hiram Key, Christopher Knight dan Robert Lomas menyebutkan beberapa hal menarik, yang layak diulangi, tentang masalah ini:
Bangsa Mesir meyakini bahwa materi selalu ada; bagi mereka tak masuk akal ada suatu tuhan yang mencipta dari ketiadaan sama sekali. Mereka menganggap dunia bermula ketika keteraturan muncul dari kekacauan, dan semenjak dulu telah ada pertarungan antara daya pengaturan dan kekacauan…. Keadaan kacau disebut Nun, dan seperti deskripsi…. bangsa Sumeria…, semuanya gelap, jurang dalam penuh air dan tanpa matahari dengan sebuah kekuatan, sebuah daya penciptaan di dalamnya yang memerintahkan keteraturan bermula. Kekuatan laten ini, yang berada di dalam zat kekacauan tidak mengetahui bahwa ia ada; ia adalah sebuah probabilitas, sebuah potensi yang berjalin di dalam acaknya ketidakteraturan. 59
Terdapat kemiripan yang luar biasa antara mitos Mesir Kuno dan pemikiran kaum materialis modern. Sebuah alasan tersembunyi bagi fakta yang menarik ini adalah bahwa, ada sebuah organisasi modern yang telah mengambil kepercayaan Mesir Kuno ini, dan bermaksud untuk menegakkannya di seluruh penjuru dunia. Organisasi itu adalah Masonry....

KAUM MASON DAN MESIR KUNO
Filosofi materialis Mesir Kuno terus bertahan setelah peradaban ini lenyap. Filosofi tersebut diambil oleh kaum Yahudi tertentu dan terus dipelihara di dalam doktrin Kabbalah. Di lain pihak, sejumlah pemikir Yunani mengambil filosofi yang sama, dan menafsirkan ulang serta melanggengkannya sebagai aliran pemikiran yang dikenal sebagai “Hermetisisme”.
Kata Hermetisisme berasal dari nama Hermes, padanan bangsa Yunani bagi dewa Mesir Kuno “Thoth”. Dengan kata lain, Hermetisme di dalam Yunani Kuno adalah versi lain dari filosofi Mesir Kuno.
Imam Mason Selami Isindag menjelaskan asal usul filosofi ini dan tempatnya di dalam Masonry modern:
Di Mesir Kuno ada suatu masyarakat keagamaan yang mewariskan sebuah sistem pemikiran dan kepercayaan terhadap Hermetisisme. Masonry meyakini sesuatu yang serupa dengan ini. Misalnya, mereka yang telah mencapai tingkat tertentu akan menghadiri upacara-upacara masyarakat itu, mengungkapkan berbagai pemikiran dan perasaan spiritual mereka, serta melatih mereka yang ada di tingkat yang lebih rendah. Pythagoras adalah seorang pengikut Hermetis yang dilatih di antara mereka. Lagi-lagi, organisasi dan sistem filosofis dari aliran Alexandrian dan Neoplatonisme berasal usul dari Mesir Kuno serta terdapat sejumlah kemiripan yang signifikan dengan berbagai ritus Masonik. .60
Isindag jauh lebih jelas menggambarkan pengaruh Mesir Kuno atas asal usul Masonry dengan menyatakan, “Freemasonry adalah organisasi sosial dan ritual yang bermula dari Mesir Kuno”. ."61

Bangsa Mesir Kuno meyakini mitos bahwa materi adalah abadi, dan bahwa keteraturan alam semesta muncul karena kekuatan "menata diri" materi yang mistis.
Banyak lagi sumber-sumber Masonik lain yang berpendapat bahwa asal usul Masonry bermula dari masyarakat rahasia dari budaya-budaya pagan kuno, semacam pada Mesir dan Yunani Kuno. Seorang Mason Turki senior, Celil Layiktez, menyatakan dalam sebuah artikel pada majalah Mimar Sinan, di bawah judul “Rahasia Masonik: Apa yang Bersifat Rahasia dan Apa yang Tidak?”:
Di dalam peradaban Yunani, Mesir, dan Romawi Kuno terdapat aliran misteri (école de mysterés) yang bertemu pada konteks suatu ilmu tertentu, gnosis, atau pengetahuan rahasia. Anggota dari aliran misteri ini diterima hanya setelah suatu periode kajian yang panjang dan berbagai upacara inisiasi. Di antara aneka aliran ini, yang dianggap paling awal adalah aliran “Osiris” yang didasarkan pada peristiwa seperti kelahiran, masa muda, pertarungan melawan kegelapan, kematian dan kebangkitan dari dewa ini. Tema-tema ini didramatisasi secara ritual di dalam berbagai upacara yang diselenggarakan oleh pendeta. Dengan cara ini berbagai ritual dan simbol yang ditampilkan jauh lebih efektif karena partisipasi aktual….
Bertahun-tahun kemudian, ritus-ritus ini membentuk perkumpulan pertama dari suatu rangkaian persaudaraan yang diprakarsai dan berkelanjutan di bawah nama Masonry. Persaudaraan semacam ini selalu menegakkan cita-cita yang sama dan, ketika berada di bawah tindasan, dapat terus hidup secara rahasia. Mereka mampu bertahan hingga hari ini karena terus-menerus mengubah nama dan bentuk mereka. Namun mereka tetap setia kepada simbolisme kuno dan karakter khusus mereka, serta mewariskan cita-cita mereka. Untuk mengantisipasi kemungkinan bahwa pemikiran mereka yang akan membahayakan kemapanan, mereka membuat hukum rahasia di antara mereka sendiri. Untuk melindungi diri dari kemarahan masyarakat, mereka berlindung di dalam Masonry Operatif yang berisi peraturan-peraturan yang hati-hati. Mereka menanamkan ini dengan berbagai pemikiran mereka yang selanjutnya memengaruhi pembentukan Masonry Spekulatif modern yang kita kenal hari ini. 62
Dalam kutipan di atas, Layiktez memuji masyarakat yang menjadi asal usul Masonry, dan mengklaim bahwa mereka menyembunyikan diri untuk melindungi diri dari “orang-orang yang jahil”. Jika kita dapat mengesampingkan klaim subjektif ini sejenak, kita dapat memahami dari kutipan di atas bahwa Masonry adalah representasi masa kini dari masyarakat yang dibentuk di dalam peradaban pagan kuno di Mesir Kuno, Yunani Kuno, dan Romawi. Dari ketiga peradaban ini, yang tertua adalah Mesir; karenanya dapat dikatakan bahwa sumber utama Masonry adalah Mesir Kuno. (Kita telah pahami sebelumnya bahwa hubungan dasar di antara tradisi pagan ini dengan kaum Mason modern adalah para Templar.)
Penting untuk diingat pada titik ini bahwa Mesir Kuno adalah salah satu contoh sistem tanpa tuhan yang paling sering disebut, sebagaimana diungkapkan Allah di dalam Al Quran. Mesir kuno adalah pola dasar sejati dari sistem yang jahat. Banyak ayat yang menceritakan kepada kita tentang para fir'aun yang memerintah Mesir beserta para pembesarnya, tentang kekejaman, kesewenang-wenangan, kejahatan, dan perbuatan mereka yang melebihi batas. Lebih jauh lagi, bangsa Mesir adalah orang-orang ingkar, yang menyetujui sistem para fir'aun mereka, dan mempercayai dewa-dewa palsu mereka.
Walaupun begitu, kaum Mason bersikeras bahwa mereka berasal usul dari Mesir Kuno, dan menganggap peradaban tersebut patut dipuji. Sebuah artikel yang diterbitkan pada Mimar Sinan menyanjung kuil-kuil Mesir Kuno sebagai "sumber keahlian Masonik":
Bangsa Mesir membangun Heliopolis (Kota Matahari) dan Memphis. Menurut legenda Masonik, kedua kota ini merupakan sumber pengetahuan dan sains, yakni yang disebut kaum Mason sebagai "Cahaya Agung." Pythagoras, yang mengunjungi Heliopolis, banyak menyebut-nyebut tentang kuil ini. Kuil Memphis tempat dia pernah menjalani latihan, memunyai sejarah penting. Di kota Thebes terdapat sekolah-sekolah yang maju. Pythagoras, Plato, dan Cicero diinisiasi ke dalam Masonry di kota-kota ini.63
Tulisan-tulisan Masonik tidak memuji Mesir kuno secara umum saja. Mereka mengungkapkan pujian dan simpati terhadap para fir'aun yang memerintah sistem yang kejam tersebut. Di dalam artikel lain dari majalah Mimar Sinan dinyatakan:
Tugas utama fir'aun adalah untuk menemukan Cahaya. Untuk memuliakan Cahaya Tersembunyi secara jauh lebih hidup dan kuat…. Sebagaimana kami, kaum Mason, berusaha membangun Kuil Sulaiman, begitu pula bangsa Mesir Kuno berusaha membangun Ehram, atau Rumah Cahaya. Upacara yang dilakukan di kuil-kuil Mesir Kuno dibagi atas beberapa tingkat. Tingkatan-tingkatan ini memunyai dua bagian, kecil dan besar. Tingkat kecil dibagi menjadi satu, dua, dan tiga; setelah itu tingkat besar dimulai. 64
Dari sini terlihat bahwa “cahaya” yang dicari oleh para fir’aun Mesir kuno dan kaum Masonry adalah sama. Ini juga dapat ditafsirkan sebagai mengesankan bahwa Masonry merupakan perwakilan dari filsafat para fir’aun bangsa Mesir. Karakteristik dari filsafat ini diungkapkan oleh Allah di dalam Al Quran mengenai penilaiannya terhadap Fir’aun dan pengikutnya: "Mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS. An-Nahl, 27:12)
Pada ayat lain, sistem tak bertuhan bangsa Mesir dijelaskan sebagai berikut:
Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata: "Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihat(nya)?
Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)?
Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang dari emas atau malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya."
Maka Fir'aun memengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya. Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik. (QS. Az-Zukhruf, 43: 51-54)

SIMBOL-SIMBOL MESIR KUNO DI LOGE MASON
Salah satu hal paling penting yang menghubungkan Mesir Kuno dengan kaum Mason adalah simbol-simbol mereka.
FIR’AUN DI DALAM LOGE

Masonry Modern memelihara filosofi bangsa Mesir Kuno dan menggunakan simbol-simbol untuk mengungkapkannya. Pada gambar loge di atas, gambar Fir'aun di depan altar adalah contoh simbolisme ini.

Pada gerbang masuk Loge Masonik Agung di Washington D.C. terdapat dua sphinx bangsa Mesir Kuno.

Di atas, kiri-kanan, dan bawah: Gambaran kuil-kuil Masonik.
Simbol sangat penting dalam Masonry. Kaum Mason mengungkapkan makna sejati filsafat mereka kepada anggota melalui alegori. Seorang Mason, yang mendaki tahap demi tahap melalui 33 tingkat hirarki Masonik, mempelajari makna-makna baru untuk masing-masing simbol pada tiap tingkatnya. Dengan begini, anggota menuruni anak tangga demi anak tangga menuju kedalaman filsafat Masonik.

Penggambaran kota Memphis dari Mesir Kuno. Kaum Mason menganggap kota ini, dengan banyak kuil pagannya, sebagai "sumber cahaya."
Sebuah artikel dalam majalah Mimar Sinan menjelaskan fungsi dari simbol-simbol ini:
Kita semua mengetahui bahwa Masonry mengungkapkan gagasan dan cita-citanya melalui berbagai simbol dan kisah, yakni alegori. Kisah-kisah ini bermula dari abad-abad awal sejarah. Kita bahkan dapat katakan bahwa kisah-kisah ini merentang jauh ke legenda-legenda masa prasejarah. Dengan begitu, Masonry menunjukkan panjangnya usia cita-citanya dan memperoleh sumber simbol-simbol yang kaya. 65
Konsepsi bangsa Mesir Kuno paling menonjol dari berbagai simbol dan legenda ini, yang merentang jauh ke abad-abad awal sejarah. Di mana-mana di dalam loge Masonik, dan seringkali di dalam terbitan-terbitan Masonik, gambar piramid dan sphinx serta tulisan hiroglif dapat ditemukan. Mengenai sumber-sumber kuno Masonry, di dalam artikel pada majalah Mimar Sinan, dinyatakan:
Jika kita memilih Mesir Kuno sebagai “yang tertua”, saya kira tidak salah. Lagipula, fakta bahwa berbagai upacara, tingkatan, dan filosofi yang ditemukan di Mesir Kuno paling menyerupai yang terdapat pada Masonry pertama kali menarik perhatian kita. 66
Sekali lagi, sebuah artikel di dalam Mimar Sinan bertajuk "Asal Usul dan Sasaran Sosial Freemasonry" menyebutkan:
Pada masa Mesir kuno, berbagai upacara inisiasi di kuil Memphis berlangsung lama, diselenggarakan dengan penuh perhatian dan kemegahan, dan memperlihatkan banyak kesamaan dengan upacara-upacara Masonik. 67
Mari kita kaji beberapa contoh hubungan antara Mesir Kuno dan Masonry.

PIRAMID DI BAWAH MATA
Simbol Masonik yang paling terkenal ditemukan pada cap Amerika Serikat, juga pada uang kertas satu dolar. Pada cap ini terdapat setengah piramid dengan mata pada segitiga di atasnya. Mata di dalam segitiga ini adalah simbol yang senantiasa ditemukan di loge-loge dan semua terbitan Masonik. Sejumlah besar tulisan yang membahas Masonry menekankan fakta ini.
Piramid di bawah mata di dalam segitiga relatif sedikit menarik perhatian. Namun, piramid ini sangat berarti dan mencerahkan untuk memahami filsafat Masonry. Seorang penulis Amerika, Rober Hieronimus, menulis tesis doktoral tentang cap AS di mana ia memberikan sejumlah informasi yang sangat penting. Judul tesis Hieronimus adalah “Analisis Historis tentang Pemeliharaan Cap Agung Amerika dan Hubungannya dengan Ideologi Psikologi Humanis”. Tesisnya menunjukkan bahwa para pendiri Amerika, yang semula mengadopsi cap tersebut, adalah kaum Mason, dan karenanya mendukung filosofi humanis. Hubungan filosofi ini dengan Mesir Kuno disimbolkan dengan piramid yang ditempatkan di pusat cap tersebut. Piramid ini adalah representasi Piramid Cheops, kuburan Fir’aun yang terbesar.68
MATA DAN PIRAMIDA
Di antara simbol-simbol Masonik yang paling penting yang diambil dari Mesir Kuno adalah piramid dengan sebuah mata di dalam segitiga. Piramid pada cap Amerika Serikat (kiri) adalah piramid besar Cheops. Mata adalah simbol yang sering muncul pada pahatan Mesir Kuno. (bawah)



MAKNA MASONIK DARI BINTANG SEGIENAM

Salah satu simbol Masonry yang terpenting adalah bintang segienam.
Simbol Masonry yang terkenal lainnya adalah bintang segienam, yang terbentuk dengan meletakkan satu segitiga terbalik di atas segitiga lainnya. Ini juga simbol tradisional Yahudi, dan sekarang ini muncul pada bendera Israel. Diketahui bahwa Nabi Sulaiman pertama kali menggunakannya sebagai cap. Oleh karena itu, bintang segienam adalah cap seorang nabi, sebuah simbol suci.
Namun, kaum Mason memunyai konsepsi yang berbeda. Mereka tidak menganggap bintang segienam ini sebagai simbol Nabi Sulaiman, namun sebagai simbol paganisme bangsa Mesir Kuno. Sebuah artikel pada Mimar Sinan yang bertajuk “Alegori dan Simbol-Simbol di Dalam Ritual Kita” menceritakan sejumlah fakta menarik tentang hal ini:
Sebuah segitiga sama sisi dengan tiga ujung yang sama jaraknya satu sama lain menunjukkan bahwa nilai-nilai ini sama. Simbol yang diadopsi oleh kaum Mason ini dikenal sebagai Bintang David; simbol ini merupakan sebuah segi enam yang terbentuk dari peletakan sebuah segitiga sama sisi terbalik di atas segitiga sama sisi lain. Saat ini simbol ini dikenal sebagai simbol Yahudi dan muncul pada bendera Israel. Namun sebenarnya, asal usul simbol ini adalah dari Mesir Kuno…. Emblem ini pertama kali diciptakan oleh para Ksatria Templar yang mulai mereka gunakan sebagai simbolisme pada dekorasi dinding di gereja-gereja mereka. Ini karena merekalah yang pertama kali menemukan di Yerusalem beberapa fakta penting tentang agama Kristen. Setelah para Templar disingkirkan, emblem ini mulai digunakan di sinagog-sinagog. Namun di dalam Masonry, kita tak diragukan lagi menggunakan simbol ini dengan pengertian universal sebagaimana pada masa Mesir Kuno. Dengan pengertian ini, kita telah menggabungkan dua kekuatan penting. Jika Anda hapus dasar dari kedua segitiga sama sisi, Anda akan menemukan simbol aneh yang sangat Anda kenal. 69

Bintang segienam adalah cap seorang nabi dan sebuah simbol suci.
Namun, kaum Mason menafsirkannya sesuai dengan kepercayaan pagan dari Mesir Kuno.
Sebenarnya, kita harus menafsirkan semua simbol Masonik yang berhubungan dengan Kuil Sulaiman dengan cara ini. Sebagaimana disebutkan di dalam Al Quran, Sulaiman adalah seorang nabi yang hendak difitnah oleh sebagian orang dan ditampakkan seakan-akan tidak bertuhan. Di dalam ayat Al Quran, Allah berfirman:
Mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir).... (QS. Al Baqarah, 2:102)
Kaum Mason mengambil gagasan yang secara keliru dinisbahkan kepada Nabi Sulaiman ini, dengan menganggapnya sebagai wakil dari kepercayaan pagan Mesir Kuno. Oleh karena itu, mereka memberinya tempat penting di dalam doktrin mereka. Di dalam buku The Occult Conspiracy, sejarawan Amerika Michael Howard menyebutkan bahwa, semenjak Abad Pertengahan, Sulaiman telah dianggap sebagai ahli sihir dan seorang yang memperkenalkan sejumlah gagasan pagan ke dalam Yahudi.70 Howard menjelaskan bahwa kaum Mason menganggap Kuil Sulaiman sebagai “kuil pagan”, dan karenanya menjadi penting. 71
Gambaran palsu yang dibuat-buat atas Nabi Sulaiman, seorang abdi Allah yang saleh dan taat, menunjukkan asal usul sejati Masonry.

TIANG GANDA

Beragam simbol Masonik. Tiang ganda, mata, serta jangka dan
siku-siku.
Bagian dekor loge Masonik yang sangat diperlukan adalah tiang ganda di pintu masuk. Kata “Jachin” dan “Boaz” dipahatkan di atasnya, sebagai tiruan dari dua tiang pada pintu masuk Kuil Sulaiman. Namun sebenarnya, kaum Mason tidak memperuntukkan tiang-tiang ini sebagai tanda peringatan atas Sulaiman; melainkan sebagai ungkapan tuduhan jahat mereka terhadapnya. Asal usul tiang-tiang ini lagi-lagi berasal dari Mesir Kuno. Di dalam sebuah artikel bertajuk “Alegori dan Simbol-Simbol dalam Ritual Kita”, majalah Mimar Sinan menyebutkan:
Misalnya, di Mesir, Horus dan Set merupakan arsitek kembar dan penopang langit. Bahkan begitu juga Bacchus di Thebes. Kedua tiang di dalam loge kita berasal usul dari Mesir Kuno. Salah satu tiang ini berada di selatan Mesir, di kota Thebes; yang lainnya berada di utara Heliopolis. Di pintu masuk kuil Amenta yang dipersembahkan untuk Ptah, dewa kepala Mesir, disebutkan dua tiang, dinamai kecerdasan dan kekuatan, yang didirikan di depan gerbang masuk keabadian. 72


TERMINOLOGI MESIR DI LOGE
Pada buku mereka, The Hiram Key, kedua penulis Masonik Inggris, Christopher Knight dan Robert Lomas, menujukan perhatian kepada akar Masonry di Mesir Kuno. Salah satu poin penting yang mereka ungkapkan adalah bahwa kata-kata yang digunakan di dalam upacara kenaikan tingkat seorang Mason menjadi Imam Mason adalah:
Ma'at-neb-men-aa, Ma'at-ba-aa'. 73
Knight dan Lomas menjelaskan bahwa kata-kata ini seringkali digunakan tanpa memikirkan artinya. Namun, ini adalah kata-kata Mesir Kuno dan memunyai arti,
Agunglah Imam Freemansory yang tak dapat dipungkiri, Agunglah jiwa Freemasonry. 74
Kedua penulis tersebut menyatakan bahwa kata "Ma'at" berarti keahlian membangun tembok, dan bahwa terjemahan terdekatnya adalah "Masonry". Ini berarti bahwa kaum Mason modern, ribuan tahun setelahnya, masih melestarikan bahasa Mesir Kuno di loge-loge mereka.

SULING AJAIB MOZART

Wolfgang Amadeus Mozart
Salah satu produk Masonry yang lebih menarik adalah Suling Ajaib (Magic Flute), sebuah opera karya komposer terkenal, Mozart. Mozart adalah seorang Mason, dan merupakan sebuah fakta yang diakui bahwa banyak bagian dari operanya mengandung pesan-pesan Masonik. Yang menarik, pesan-pesan Masonik ini sangat erat berhubungan dengan paganisme Mesir Kuno. Mimar Sinan menjelaskan hal ini:
Telah diketahui bahwa ada hubungan yang sangat jelas antara Mesir Kuno dengan upacara-upacara ritual Masonik. Meskipun begitu banyak orang yang mencoba menginterpretasikan Suling Ajaib sebagai "cerita tentang Timur Jauh", pada pondasinya terdapat ritual-ritual Mesir. Para dewa dan dewi dari kuil-kuil Mesirlah yang memengaruhi penciptaan karakter pada Suling Ajaib. 75


OBELISK

Sebuah obelisk yang penuh simbol Masonik di Central Park, New York.
Simbol penting Masonry lainnya adalah wujud yang pernah menjadi unsur penting dalam arsitektur Mesir — obelisk. Obelisk adalah sebuah menara tinggi, tegak lurus dengan piramid sebagai puncaknya. Obelisk dipahat dengan hiroglif Mesir Kuno, dan terkubur selama berabad-abad di bawah tanah sampai ditemukan di abad kesembilan belas, dan dipindahkan ke kota-kota di Barat seperti New York, London, dan Paris. Obelisk terbesar dikirimkan ke AS. Pengiriman ini diatur oleh kaum Mason. Ini karena obelisk, sebagaimana huruf-huruf Mesir Kuno yang terpahat padanya, diklaim oleh kaum Mason benar-benar sebagai simbol-simbol mereka sendiri. Mimar Sinan menegaskan tentang obelisk setinggi 21 meter di New York sebagai berikut :
Contoh yang paling mengejutkan tentang penggunaan simbolik arsitektur adalah monumen yang disebut Jarum Cleopatra, diberikan kepada AS sebagai hadiah di tahun 1878 oleh Gubernur Mesir, Ismail. Monumen ini sekarang berada di Central Park. Permukaannya penuh dengan lambang-lambang Masonik. Monumen ini aslinya didirikan pada abad ke-16 SM di pintu masuk ke kuil dewa Matahari, sebuah pusat inisiasi di Heliopolis. 76

LEGENDA TENTANG ISIS — SANG JANDA

Sisa-sisa dari Mesir Kuno: Monumen para fir'aun dengan sebuah obelisk yang muncul di depannya, di Lembah Para Raja.
Ide simbolis penting di dalam Masonry adalah ide tentang sang janda. Kaum Mason menyebut diri mereka anak-anak sang janda, dan gambar-gambar janda muncul di berbagai publikasi mereka. Apakah asal usul gagasan ini? Siapakah janda ini?

Jika kita mengkaji sumber-sumber Masonik, kita menemukan bahwa simbol sang janda asalnya diturunkan dari legenda Mesir. Legenda ini adalah salah satu mitos Mesir Kuno yang paling penting — kisah Osiris dan Isis. Osiris adalah dewa kesuburan dan Isis adalah istrinya. Menurut legenda tersebut, Osiris adalah korban kejahatan nafsu yang menyebabkan Isis menjadi janda. Maka, janda Masonik adalah Isis. Sebuah artikel pada Mimar Sinan menjelaskan masalah tersebut sebagai berikut:

Penggambaran Isis oleh bangsa Mesir Kuno.

Legenda Osiris-Isis adalah topik dari banyak artikel dan ceramah serta merupakan mitos Mesir Kuno yang terdekat dengan Masonry. Ujian untuk menjadi pendeta kuil Isis adalah inisiasi Masonik itu sendiri. Akan membosankan jika harus mengulanginya. Di sana, cahaya adalah salah satu unsur terpenting; agar terkubur di dalam kegelapan Timur, matahari pagi mulai turun di sore hari dan menggantikan tugas Osiris setiap hari, sebagaimana Horus yang dengan lebih cemerlang menggantikan tempat ayahnya yang terbunuh. Maka, “janda” yang anak-anaknya adalah kita tak lain dari janda Osiris, Isis.77
Tampaklah bahwa Masonry, yang menggambarkan dirinya sebagai berdiri di atas logika dan sains, sebenarnya adalah sebuah doktrin mitologis yang penuh dengan kepercayaan takhyul.

JANGKA DAN SIKU-SIKU
Di antara simbol Masonry yang paling dikenal adalah sebuah jangka yang menangkupi siku-siku. Jika kaum Mason ditanya, mereka menjelaskan bahwa simbol ini mewakili konsep sains, keteraturan geometrik dan pemikiran rasional. Namun, jangka dan siku-siku tersebut sebenarnya memunyai makna yang sangat berbeda.
Kita dapat memahami dari sebuah buku yang ditulis oleh salah seorang Mason terbesar sepanjang masa. Di dalam bukunya Morals and Dogmas, Albert Pike menulis sebagai berikut tentang jangka dan siku-siku:
Siku-siku… adalah suatu simbol yang alamiah dan tepat dari bumi ini…. Figur hemaproditik adalah simbol dari alam ganda yang sejak dahulu diberikan kepada Dewa, sebagaimana Pembangkit dan Penghasil, sebagaimana Brahma dan Maya bagi bangsa Arya, Osiris dan Isis bagi bangsa Mesir. Sebagaimana Matahari adalah pria, maka Bulan adalah wanita. 78
Ini berarti bahwa jangka dan siku-siku, simbol Masonry yang paling terkenal, adalah sebuah simbol dari paganisme Arya dan berawal sejak zaman Mesir Kuno atau sebelum kedatangan agama Kristen. Bulan dan matahari pada bagian yang dikutip dari Pike, merupakan simbol-simbol penting pada loge Masonik, dan tak lain daripada sebuah refleksi keyakinan keliru masyarakat pagan kuno yang menyembah bulan dan matahari itu.

FILOSOFI PAGAN MASONRY
Sejauh ini, kita telah memahami bahwa asal usul Masonry terletak pada suatu doktrin pagan yang merentang hingga ke Mesir Kuno, dan bahwa di sanalah makna sejati dari konsep-konsep dan simbol-simbolnya tersembunyi. Oleh sebab inilah, Masonry bertentangan dengan agama-agama Monoteistik. Masonry adalah humanis, materialis, dan evolusionis. Sejarawan Amerika Michael Howard menguraikan rahasia ini yang hanya diungkapkan sepenuhnya kepada kaum Mason dari tingkat tertinggi.
Mengapa orang Kristen seharusnya sangat kritis terhadap Freemasonry…? … Jawaban atas pertanyaan ini terletak pada “rahasia-rahasia” Freemasonry. Kalaupun rahasia-rahasia ini terbuka bagi masyarakat umum, diragukan apakah makna-maknanya akan dimengerti oleh mereka yang tidak benar-benar mengetahui berbagai doktrin klenik dan agama kuno. Nyatanya, diragukan jika banyak dari anggota loge biasa memahami apa yang diwakili rahasiara-hasianya. Di kalangan dalam Masonry, di antara mereka yang telah mencapai tingkat inisiasi yang lebih tinggi, terdapat para Mason yang memahami bahwa mereka adalah pewaris dari suatu tradisi kuno dan pra-Kristen yang diteruskan dari masa pagan. 79

Albert Albert Pike dan medali Masonik yang dibuat untuk mengenangnya.


Jangka dan Siku-siku yang digambarkan dengan elang, salah satu simbol Mesir Kuno yang terpenting.
Jika kita mengamati tulisan-tulisan dari Masonry Turki, kita memahami bahwa tingkat tertinggi memiliki pengetahuan yang mereka jaga tetap tersembunyi dari saudara-saudara lain. Imam Mason Necdet Egeran menjelaskan apa pendapat para Mason tingkat tinggi tentang hal ini:
Sebagian Mason bahkan memahami bahwa Masonry hanya sebagai sebentuk setengah agama, setengah lembaga persaudaraan amal di mana mereka dapat membina hubungan sosial yang menyenangkan dan memperlakukannya sesuai dengan itu. Yang lainnya menganggap bahwa tujuan Masonry hanyalah untuk membuat orang baik menjadi lebih baik. Masih ada lainnya yang menganggap bahwa Masonry adalah tempat untuk membangun karakter. Pendeknya, mereka yang tidak mengetahui bagaimana membaca atau menulis bahasa keramat Masonry memahami bahwa makna dari berbagai simbol dan alegorinya seperti itu atau yang serupa. Tetapi bagi sebagian kecil kaum Mason yang mampu masuk lebih dalam, Masonry dan sasaran-sasarannya sangat berbeda. Masonry berarti sebuah pengetahuan yang ditampakkan, suatu inisiasi dan sebuah awal. Ini berarti meninggalkan cara hidup lama dan memasuki yang baru dan lebih-lebih lagi, lebih mulia…. Di balik simbolisme dasar dan utama dari Masonry terdapat serangkaian pengungkapan rahasia yang membantu kita memasuki kehidupan dalam yang lebih tinggi dan mempelajari rahasia-rahasia keberadaan kita. Maka, pada kehidupan bagian dalam dan pintu masuknya inilah dimungkinkan untuk mencapai Pencerahan Masonry. Setelah itulah menjadi mungkin untuk mempelajari karakter dan kondisi dari kemajuan dan evolusi. 80
Kutipan ini menggarisbawahi bahwa walaupun sebagian kecil kaum Mason tingkat rendah menganggap Masonry sebagai suatu organisasi amal dan sosial, namun Masonry sebenarnya menyangkut rahasia keberadaan manusia. Artinya, tampilan luar Masonry sebagai organisasi amal atau sosial sebenarnya adalah penyamaran untuk menyembunyikan filosofi organisasi tersebut. Dalam kenyataannya, Masonry adalah sebuah organisasi yang bertujuan menanamkan filosofi tertentu secara sistematik kepada anggota-anggotanya, juga kepada masyarakat lainnya.
Sebagaimana telah dikemukakan di awal, unsur fundamental filosofi ini, yang telah berkembang menjadi Masonry dari budaya pagan, khususnya dari Mesir Kuno, adalah materialisme.

MATERIALISME DI DALAM SUMBER-SUMBER MASONIK
I. KEYAKINAN AKAN MATERI ABSOLUT
Kaum Mason masa kini, sebagaimana para fir’aun, pendeta, dan kelas-kelas lain dari Mesir Kuno, memercayai bahwa materi kekal dan tidak diciptakan, dan bahwa dari materi tak berjiwa ini makhluk hidup dapat muncul secara kebetulan. Di dalam tulisan-tulisan Masonik kita dapat membaca penjelasan terperinci dari unsur-unsur dasar filosofi materialis.
Di dalam bukunya, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirasi dari Freemasonry), Imam Mason Selami Isindag menulis tentang filosofi materialis Masonry yang sebenarnya:
Seluruh angkasa, atmosfer, bintang-bintang, alam, seluruh makhluk hidup dan tak hidup tersusun dari atom-atom. Manusia tidak lebih dari kumpulan atom-atom yang terbentuk secara spontan. Keseimbangan pada arus listrik di antara atom-atom memastikan kelangsungan hidup makhluk hidup. Ketika keseimbangan ini rusak (bukan listrik di dalam atom itu), kita mati, kembali ke bumi dan mengurai menjadi atom-atom. Artinya, kita berasal dari materi dan energi, dan kita akan kembali menjadi materi dan energi. Tumbuhan memanfaatkan atom-atom kita, dan semua makhluk hidup termasuk kita memanfaatkan tumbuhan. Segala sesuatu terbuat dari zat yang sama. Namun karena otak kita mengalami evolusi tertinggi dibandingkan semua hewan, muncullah kesadaran. Jika kita amati hasil-hasil psikologi eksperimental, kita melihat bahwa pengalaman psikis tiga sisi dari emosi-pikiran-kemauan adalah hasil dari sel-sel lapisan luar otak dan hormon-hormon yang berfungsi seimbang…. Sains positif memercayai bahwa tidak ada yang menjadi ada dari ketiadaan, dan tidak ada yang akan musnah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa manusia tidak perlu bersyukur atau menurut kepada kekuatan apa pun. Alam semesta adalah sebuah totalitas energi tanpa awal dan akhir. Segala sesuatu lahir dari totalitas energi ini, berevolusi dan mati, tetapi tidak pernah benar-benar sirna. Benda-benda berubah dan bertransformasi. Sama sekali tidak ada hal-hal semacam kematian atau kehilangan, yang ada ialah perubahan yang terus-menerus, transformasi dan formasi. Namun mustahil menjelaskan pertanyaan besar dan rahasia universal ini dengan hukum-hukum ilmiah. Walau demikian penjelasan ekstra-ilmiah adalah deskripsi khayalan, dogma dan kepercayaan yang sia-sia. Menurut sains dan logika positivis, tidak ada jiwa di luar tubuh.81

Teori-teori materialis di dalam literatur Masonik tidak berbeda dengan yang ditemukan pada tulisan-tulisan ideolog materialis seperti Marx, Engels, dan Lenin.
Anda akan menemukan pandangan-pandangan yang identik dengan kutipan di atas pada buku-buku pemikir materialis seperti K. Marx, F. Engels, V.I. Lenin, G. Politzer, C. Sagan, dan J. Monod. Mereka semua memercayai mitos utama materialis bahwa alam semesta selalu ada, materi adalah satu entitas keberadaan yang mutlak, materi berevolusi di dalam dan di luar dirinya, dan kehidupan muncul sebagai hasil dari perubahan. Tepat sekali penggunaan istilah mitos di sini karena, berlawanan dengan klaim Isindag bahwa “proses-proses ini adalah hasil dari sains dan logika positif”, semua pandangan ini telah digugurkan oleh penemuan-penemuan ilmiah di paro kedua abad kedua puluh. Misalnya, teori Big Bang yang telah diterima di kalangan ilmiah menunjukkan bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan jutaan tahun yang lalu. Hukum Termodinamika menunjukkan bahwa materi tidak memunyai kemampuan untuk mengorganisasi dirinya sendiri, sehingga keseimbangan dan keteraturan di alam semesta adalah hasil dari suatu penciptaan sadar. Dengan menunjukkan desain luar biasa pada makhluk hidup, biologi membuktikan keberadaan sang Pencipta yang menciptakan kesemuanya. (Untuk perincian, lihat karya Harun Yahya, Penciptaan Alam Raya, Darwinisme yang Terbantahkan, Keruntuhan Teori Evolusi)
Di dalam artikel ini, Isindag selanjutnya menjelaskan bahwa pada kenyataannya kaum Mason adalah materialis dan karenanya, ateis; juga bahwa mereka menggunakan konsep “Arsitek Agung Alam Semesta” dengan merujuk kepada evolusi materi:
Saya ingin menyinggung secara amat singkat beberapa prinsip, pemikiran yang diadopsi oleh kaum Mason: Menurut Masonry, kehidupan bermula dari sebuah sel tunggal, berubah, bertransformasi dan berevolusi menjadi manusia. Sifat, penyebab, tujuan, atau kondisi dari permulaan ini tidak diketahui. Kehidupan datang dari kombinasi materi dan energi dan kembali kepadanya. Jika kita menerima sang Arsitek Agung Alam Semesta sebagai suatu prinsip yang luhur, suatu horison kebaikan dan keindahan, puncak dari evolusi, tahapan tertinggi dan idealnya yang dituju oleh kerja keras manusia, dan jika kita tidak membuatnya sesuai ukuran tertentu, kita mungkin terselamatkan dari dogmatisme. 82
Sebagaimana kita pahami, filosofi Masonik memunyai salah satu prinsip paling dasar bahwa segala sesuatu berasal dari materi dan kembali kepada materi. Segi menarik dari pandangan ini adalah bahwa kaum Mason tidak menganggap filosofi ini khusus bagi diri mereka saja, mereka ingin menyebarkan pemikiran ini kepada keseluruhan masyarakat. Isindag melanjutkan:
Seorang Mason yang terlatih dengan prinsip-prinsip dan doktrin-doktrin ini menerima tugas untuk mendidik masyarakat… dan untuk memajukan mereka dengan mengajarkan prinsip-prinsip logika dan sains positif kepada mereka. Dengan begitu, Masonry disampaikan kepada masyarakat. Ia bekerja atas nama masyarakat tanpa menghiraukan masyarakat. 83
Kata-kata ini menunjukkan dua aspek peran Masonry yang dirasakan di masyarakat;
1. Di balik samaran sains positif dan logika, Masonry berusaha memaksakan filosofi materialis yang dipercayainya (yakni, mitos Mesir Kuno) kepada masyarakat.
2. Mereka bermaksud melakukan ini tanpa menghiraukan masyarakat. Artinya, walaupun suatu masyarakat memercayai Tuhan dan tidak berminat menerima filosofi materialis, Masonry akan berkeras dengan upaya mengubah pandangan masyarakat tanpa persetujuan mereka.
Ada hal penting lainnya yang harus diperhatikan di sini: terminologi yang digunakan kaum Mason kerap memerdaya. Di dalam tulisan-tulisan mereka, terutama yang ditujukan kepada masyarakat selebihnya, bahasa yang mereka gunakan dirancang untuk menunjukkan bahwa filosofi mereka tidak berbahaya, cerdas, dan toleran. Contohnya dapat dilihat pada kutipan di atas, di dalam gagasan “memajukan masyarakat dengan mengajarkan prinsip-prinsip logika dan sains positif”. Nyatanya, filosofi Masonik tidak ada hubungannya dengan “sains dan logika”; ia adalah sebuah mitos kuno yang terbang di depan wajah sains. Tujuan Masonry bukanlah untuk memajukan masyarakat; namun untuk memaksakan filosofi mereka kepada masyarakat. Ketika mereka menyatakan bahwa mereka bertekad untuk melakukan ini tanpa menghiraukan masyarakat, kita saksikan bahwa mereka tidaklah toleran, namun berpandangan totaliter.

II. PENOLAKAN AKAN KEBERADAAN RUH DAN AKHIRAT
Sebagai bagian dari keyakinan materialis mereka, kaum Mason tidak menerima keberadaan roh manusia dan menolak sepenuhnya gagasan tentang hari akhirat. Walau demikian, tulisan-tulisan Masonik terkadang menyebut tentang mereka yang meninggal “telah melangkah ke keabadian” atau ungkapan spiritual sejenisnya. Mungkin tampaknya bertolak belakang, tetapi sebenarnya tidak, karena semua rujukan Masonry kepada keabadian ruh adalah simbolik. Mimar Sinan menyinggung topik ini di dalam sebuah artikel bertajuk, “Setelah Kematian menurut Masonry”:
Di dalam mitos Master Hiram, kaum Mason meyakini kebangkitan setelah mati secara simbolik. Kebangkitan ini menunjukkan bahwa kebenaran selalu menang atas kematian dan kegelapan. Masonry tidak menganggap penting keberadaan roh yang berada di luar jasad. Di dalam Masonry, kebangkitan setelah kematian adalah dengan meninggalkan karya spiritual dan material sebagai warisan kepada umat manusia. Inilah yang mengekalkan manusia. Barang siapa yang tidak mampu mengabadikan nama di kehidupan manusia yang jelas-jelas singkat ini adalah orang yang gagal. Kita menganggap barang siapa yang telah mengabadikan nama sebagai mereka yang telah mengerahkan segenap daya upayanya, baik bagi orang-orang sezamannya maupun generasi setelah mereka, untuk memberi kebahagiaan dan memastikan sebuah dunia yang lebih ramah bagi manusia. Tujuan mereka adalah untuk memuliakan gerak hati yang ramah yang memengaruhi kehidupan manusia.… Manusia yang telah berupaya selama berabad-abad untuk memperoleh kekekalan dapat mencapainya dengan karya yang ia lakukan, pelayanan yang ia berikan, serta pemikiran yang ia hasilkan; dan ini akan memberi arti pada kehidupannya. Seperti dijelaskan oleh Tolstoy, “Surga akan tercipta di dunia ini dan manusia akan mencapai kebajikan tertinggi yang dapat diraih” 84
Tentang topik serupa, Imam Mason Isindag menulis:
HAKIKAT SEGALA SESUATU: Masonry memahami ini sebagai energi dan materi. Mereka berkata bahwa segala sesuatu berubah tahap demi tahap dan akan kembali kepada materi: Secara ilmiah, ini didefinisikan sebagai kematian. Mistisisme tentang hal ini, yaitu kepercayaan tentang kedua daya yang membentuk manusia — roh dan jasad — bahwa tubuh akan mati dan roh tetap hidup; bahwa roh itu berpindah ke alam roh, meneruskan keberadaan mereka di situ dan kembali ke tubuh lainnya jika Tuhan berkehendak, tidak sesuai dengan gagasan perubahan-transformasi yang diyakini oleh Masonry. Gagasan Masonry tentang hal tersebut dapat diungkapkan seperti ini: “Setelah kematian, satu-satunya hal yang tersisa dari Anda, dan tidak mati, adalah kenangan tentang kedewasaan Anda dan apa yang telah Anda capai.” Gagasan ini adalah semacam cara berpikir filosofis yang didasarkan atas prinsip-prinsip sains positif dan logika. Keyakinan religius tentang keabadian roh dan kebangkitan kembali setelah mati tidak bersesuaian dengan prinsip-prinsip positif. Masonry telah mengambil prinsip-prinsip pemikiran dari sistem filosofis rasional dan positif. Maka, dalam pertanyaan filosofis ini, Masonry memunyai cara berpikir dan penjelasan yang berbeda dari agama. 85

Kaum Mason memercayai materialisme dan menolak pemikiran tentang hidup setelah mati. Kadang-kadang konsep hidup setelah mati muncul di dalam teks Masonik, namun sebagaimana digambarkan di dalam mitos Hiram di sini (kiri), maknanya adalah kesinambungan memori dari nama seseorang di dunia ini.
Mengingkari kebangkitan setelah mati dan mencari kekekalan dengan warisan duniawi…. Bahkan jika kaum Mason menampilkan gagasan ini seakan bersesuaian dengan sains modern, nyatanya ia tak lain dari mitos yang dipercayai oleh orang-orang tak bertuhan sejak abad-abad awal sejarah. Al Quran menyebutkan tentang orang-orang yang tak bertuhan sebagai “mendirikan bangunan-bangunan indah dengan maksud supaya kekal.” Hud (’alaihi salam), salah seorang nabi di masa silam, memperingatkan kaum ‘Ad akan bentuk kejahilan ini, sebagaimana ayat-ayat berikut:
Ketika saudara mereka Hud berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?
Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan kepadamu,
Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.
Dan sekali-kali aku tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.
Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main,
dan kamu membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kamu kekal?
Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-orang kejam dan bengis.
Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku." (QS. Asy-Syu'araa, 26: 124-131)
Kesalahan yang dilakukan kaum tak bertuhan ini bukanlah mendirikan gedung-gedung indah. Umat muslim juga memandang seni sebagai sesuatu yang penting; dengan membuatnya, mereka mencoba memperindah dunia. Perbedaannya terletak pada niat. Seorang muslim yang tertarik akan seni sejauh itu mengekspresikan keindahan dan gagasan estetik yang telah diberikan Allah kepada manusia. Orang-orang yang tak bertuhan keliru dengan menganggap seni sebagai sebuah jalan menuju kekekalan.

KEGANJILAN ILMIAH DARI PENGINGKARAN JIWA
Penolakan kaum Mason atas keberadaan roh, dan klaim mereka bahwa kesadaran manusia tersusun dari materi, tidak bersesuaian dengan sains. Sebaliknya, penemuan-penemuan ilmiah modern menunjukkan bahwa kesadaran manusia tidak dapat direduksi menjadi materi, dan bahwa kesadaran tidak dapat dijelaskan dengan syarat-syarat fungsi otak.
Pengamatan atas literatur yang relevan menunjukkan bahwa para ilmuwan tidak mencapai kesimpulan apa pun sebagai hasil upaya mereka, yang didorong oleh keyakinan materialis, untuk mereduksi kesadaran menjadi otak, dan banyak yang akhirnya menyerah. Saat ini, banyak peneliti yang berpendapat bahwa kesadaran manusia datang dari sebuah sumber yang tak diketahui di luar neuron-neuron di dalam otak dan molekul-molekul serta atom-atom yang membentuk mereka.
Setelah kajian bertahun-tahun, salah seorang peneliti, Wilder Penfield, mencapai kesimpulan bahwa keberadaan ruh adalah fakta yang tak terbantahkan:
Setelah bertahun-tahun berupaya keras untuk menjelaskan pikiran berbasiskan kegiatan otak saja, saya mencapai kesimpulan bahwa lebih sederhana (dan jauh lebih mudah menjadi logis) jika kita mengambil hipotesis bahwa keberadaan kita memang meliputi dua unsur fundamental (otak dan pikiran [atau jiwa]).… Karena tampaknya pasti bahwa untuk menjelaskan pikiran dengan basis kegiatan neuron di dalam otak akan selalu sangat mustahil…. Saya terpaksa memilih dalil bahwa keberadaan kita akan terjelaskan atas landasan dua unsur fundamental. [otak dan pikiran, atau tubuh dan jiwa] 86
Yang membawa para ilmuwan kepada kesimpulan ini adalah fakta bahwa kesadaran tidak akan pernah dapat dijelaskan dengan ketentuan-ketentuan berbagai faktor materi belaka. Otak manusia bagaikan sebuah komputer yang luar biasa, tempat informasi dari pancaindera kita dikumpulkan dan diproses. Namun, komputer ini tidak memunyai perasaan “diri”; ia tidak dapat memahami, merasa, atau berpikir tentang sensasi yang diterimanya. Ahli fisika Inggris terkemuka, Roger Penrose, di dalam bukunya The Emperor's New Mind, menuliskan:
Apa yang memberikan seseorang identitas pribadinya? Apakah, hingga batas tertentu, atom-atom yang menyusun tubuhnya? Apakah identitasnya tergantung pada pilihan tertentu elektron, proton, dan partikel lainnya yang menyusun atom itu? Setidaknya ada dua alasan mengapa hal ini tidak mungkin. Pertama, terjadi pergantian yang terus-menerus pada material tubuh setiap manusia yang hidup. Ini terjadi terutama pada sel-sel pada otak seseorang, walaupun faktanya tidak ada sel-sel otak yang benar-benar baru yang diproduksi setelah lahir. Kebanyakan atom di dalam masing-masing sel hidup (termasuk setiap sel otak) dan tentu saja sebenarnya, keseluruhan material tubuh kita telah berganti berulang kali sejak lahir. Alasan kedua datang dari fisika kuantum…. Jika elektron dari otak seseorang dipertukarkan dengan elektron dari batu bata, maka keadaan sistem akan tepat sama keadaannya dengan sebelumnya, tidak sekadar tak dapat dibedakan! Hal serupa berlaku bagi proton dan jenis partikel apa saja, dan untuk keseluruhan atom, molekul, dan seterusnya. Jika keseluruhan kandungan material seseorang dipertukarkan dengan partikel yang sepadan pada batu bata rumahnya, maka dalam pengertian yang kuat, tidak ada sesuatu pun yang akan terjadi. 87
Penrose jelas-jelas mengatakan bahwa jika semua atom manusia dipertukarkan dengan atom batu bata, kualitas yang membuat seseorang manusia berkesadaran akan tetap sama. Atau kita dapat balikkan. Jika kita pertukarkan partikel-partikel atom di otak dengan atom di batu bata, tidaklah batu bata itu akan memiliki kesadaran.

Prof. Penrose berpendapat bahwa materialisme tidak akan pernah berarti bagi pikiran manusia.
Singkatnya, yang membuat seseorang menjadi manusia bukanlah sifat material; namun sifat spiritual, dan jelaslah bahwa sumbernya adalah suatu entitas yang berada di luar materi. Pada kesimpulan bukunya, Penrose berkomentar:
Kesadaran bagi saya merupakan suatu fenomena penting yang tak dapat saya percayai begitu saja sebagai sesuatu yang “secara kebetulan” muncul dengan perhitungan yang rumit. Ini adalah fenomena untuk mengetahui keberadaan alam semesta itu sendiri. 88
Lalu apa pendirian materialisme di bawah sorotan berbagai temuan ini? Bagaimana mungkin kaum materialis mengklaim bahwa manusia tersusun semata dari materi, dan bahwa seorang manusia dengan kecerdasan, perasaan, pemikiran, ingatan, dan indera, dapat muncul melalui komposisi kebetulan dari atom-atom yang tidak hidup dan tanpa kesadaran? Bagaimana mereka dapat berpikir bahwa proses sedemikian itu mungkin terjadi?
Pertanyaan-pertanyaan ini penting bagi semua materialis. Namun, berbagai tulisan Masonik dengan topik-topik ini berisi gagasan-gagasan yang jauh lebih aneh dari apa yang ditemukan pada tulisan kaum materialis. Jika kita amati berbagai tulisan ini, kita melihat dengan jelas bahwa di balik filosofi materialis terdapat “penyembahan materi”.

MATERIALISME MASONIK: PENUHANAN MATERI
Perlu dipahami dengan jelas apa itu filosofi materialis: Pendukung filosofi ini memercayai bahwa adanya keteraturan dan keseimbangan luar biasa di alam semesta, serta jutaan spesies makhluk hidup di dunia, termasuk manusia, semata-mata disebabkan oleh aktivitas atom-atom pembentuk materi. Dengan kata lain, mereka memercayai atom-atom yang tidak hidup dan tanpa kesadaran sebagai pencipta.
Betapa modern pun tampaknya, pada kenyataannya gagasan ini adalah pembangkitan kembali kepercayaan yang telah ada sejak abad-abad awal sejarah: Keberhalaan. Orang-orang yang menyembah berhala percaya bahwa patung-patung dan totem-totem yang mereka sembah memunyai roh dan kekuatan. Dengan kata lain, mereka menyifatkan kesadaran dan kekuatan yang besar kepada materi yang tidak hidup dan tanpa kesadaran. Tentu saja, ini benar-benar tidak masuk akal. Di dalam Al Quran, Allah menyebutkan irasionalitas paganisme ini. Di dalam kisah para Nabi, lancungnya kepercayaan pagan ditekankan secara khusus. Misalnya, Ibrahim bertanya kepada ayahnya, “Ayah, mengapa engkau menyembah apa yang tidak dapat mendengar atau melihat dan tidak memberi manfaat apa-apa bagimu? (QS. Maryam, 19: 42) Jelaslah bahwa memberikan sifat ketuhanan kepada materi yang tidak bernyawa, yang tidak dapat mendengar ataupun melihat, “tidak memberi manfaat apa-apa bagi siapa pun”, dan tidak punya kekuatan, nyata-nyata sangat bodoh.
Kaum materialis adalah contoh modern dari penyembah berhala. Mereka tidak menyembah patung dan totem yang terbuat dari kayu dan batu, namun memercayai gagasan bahwa materi membentuk, tidak hanya ini, tetapi semua benda, dan menganggap bahwa materi ini memunyai kekuatan, kecerdasan, dan pengetahuan yang tidak terbatas. Tulisan-tulisan Masonik menyebutkan beberapa hal menarik tentang ini, yang merupakan esensi materialisme. Sebuah artikel di majalah Mimar Sinan menyatakan:
Agar objek material mewujud, atom-atom berkumpul dalam susunan tertentu. Kekuatan yang menyebabkan organisasi ini adalah roh yang dimiliki setiap atom. Karena setiap roh memiliki kesadaran, setiap benda yang tercipta memiliki kesadaran yang cerdas. Dan setiap benda yang tercipta memiliki kecerdasan pada tingkat yang sama. Manusia, hewan, bakteri, dan molekul semuanya memiliki kecerdasan pada tingkat yang sama. 89
Kita memperhatikan di sini adanya klaim bahwa setiap atom memiliki kecerdasan dan kesadaran. Para penulis Masonik yang membuat klaim ini mengajukan bahwa segala sesuatu memiliki kesadaran karena atom-atom memilikinya dan karena ia menolak keberadaan roh manusia, dia menganggap manusia sebagai massa atom-atom, sama seperti hewan atau molekul-molekul yang tidak hidup.
Namun, inilah faktanya: materi tidak hidup (atom-atom) tidak memunyai roh, kesadaran, ataupun kecerdasan. Inilah fakta yang dibuktikan kepada kita oleh pengamatan dan percobaan. Hanya makhluk hidup yang memiliki kesadaran, yang merupakan hasil dari “jiwa” yang telah diberikan Tuhan kepada mereka. Dari semua makhluk hidup, manusia dianugerahi tingkat kesadaran tertinggi karena mereka memiliki roh yang unik yang diberikan Tuhan kepada mereka.
Dengan kata lain, kesadaran tidak ditemukan pada materi tidak hidup, sebagaimana dipercayai kaum Mason, namun pada makhluk yang berjiwa. Namun, untuk menolak keberadaan Tuhan, kaum Mason mengambil kepercayaan bodoh yang menyifatkan “roh” kepada atom-atom.

Materialisme menerima kemampuan kreatif dari materi yang tidak hidup
dan tidak berkesadaran. Dengan kata lain, materialisme menjadikan materi sebagai berhala. Kaum Mason meyakini bahwa atom-atom mempunyai jiwa dan
secara terbuka mengakui kepercayaan mereka terhadap takhyul
semacam itu.
Kepercayaan materialis yang didukung oleh kaum Mason ini adalah tampilan baru dari kepercayaan pagan bernama “animisme”, yang menganggap setiap material di alam (batu, gunung, angin, air, dan sebagainya) memiliki jiwa dan kesadarannya sendiri. Filosof Yunani Aristoteles menggabungkan kepercayaan ini dengan materialisme (kepercayaan bahwa materi tidak diciptakan dan merupakan satu-satunya bentuk absolut). Bahkan saat ini, penyifatan kesadaran kepada benda tak bernyawa — karena merupakan esensi dari materialisme — telah menjadi sebentuk paganisme kontemporer.
Tulisan-tulisan Masonik penuh dengan penuturan menarik tentang kepercayaan ini. Sebuah artikel pada Mimar Sinan bertajuk “Jalan Kebenaran” menyatakan:
Jika kita menerima hirarki animis bahwa roh ada di dalam atom, bahwa molekul mengarahkan roh di dalam atom, bahwa sel mengarahkan roh di dalam molekul, bahwa organ mengarahkan roh di dalam sel, bukankah roh utama yang mengarahkan keseluruhan tubuh merupakan tuhan dari roh-roh yang lebih kecil ini? 90
Doktrin palsu dan primitif ini membuat kaum Mason percaya bahwa keseimbangan dan keteraturan di alam semesta dipengaruhi oleh materi tak bernyawa. Lagi, di Mimar Sinan, sebuah artikel muncul tentang perkembangan geologis dunia. Dinyatakan:
Kehancuran permukaan ini terjadi begitu halusnya sehingga kita dapat katakan bahwa keadaan kehidupan sekarang ini tercapai sebagai hasil dari kecerdasan tersembunyi pada magma. Jika tidak demikian, air tidak akan berkumpul di cekungan dan bumi akan sepenuhnya ditutupi air. 91
Artikel lain di majalah Mimar Sinan mengklaim bahwa sel-sel hidup pertama, dan sel-sel yang kemudian berkembang dari mereka memiliki kesadaran, membuat perencanaan, dan melaksanakannya:
Awal kehidupan di bumi terjadi ketika sebuah sel tunggal muncul. Sel tunggal ini segera mulai bergerak dan di bawah impuls yang vital dan sangat pemberontak, membelah dua dan meneruskan pembelahan tak berhingga ini sepanjang jalannya. Namun sel-sel terpisah ini tidak merasakan tujuan apa-apa dari pergerakannya dan di bawah dorongan naluriah yang kuat untuk mempertahankan diri, sel-sel terpisah ini bekerja sama, berkumpul, dan bekerja di dalam keselarasan yang sangat demokratis dan pengorbanan diri dalam pembentukan organ-organ yang penting bagi kehidupan itu. 92

Penganut pagan dari zaman dahulu menyembah berhala yang terbuat dari batu. Penganut pagan zaman kini memberhalakan materi.
Namun, berlawanan dengan apa yang ditegaskan oleh kutipan ini, tidak ada kesadaran pada sel hidup. Kepercayaan ini tak lain dari takhyul. Lagi, sebagaimana tampak pada kutipan di atas, untuk menyangkal keberadaan Tuhan dan tindakan penciptaan-Nya, mereka memberikan sifat yang menggelikan kepada atom, molekul, dan sel, seperti kecerdasan, kemampuan berencana, pengorbanan diri, dan bahkan “keselarasan demokratik”. Sama tak masuk akalnya dengan mengatakan bahwa terciptanya sebuah lukisan cat minyak karena “cat-cat bersama-sama menyusun diri menurut sebuah rencana, dan melakukannya secara demokratis dan penuh harmoni,” begitu pula klaim kaum Mason tentang asal usul kehidupan adalah nonsens.
Ungkapan umum lainnya tentang ajaran takhyul Masonry dan materialismenya adalah gagasan “Ibu Alam” (Mother Nature). Kita menemukan ungkapan ini dalam berbagai film dokumenter, buku, majalah, bahkan iklan; digunakan untuk mengekspresikan kepercayaan bahwa materi tak bernyawa yang menyusun alam (nitrogen, oksigen, hidrogen, karbon, dan lain-lain) memiliki kekuatan sadar, dan bahwa dengan sendirinya menciptakan manusia dan semua makhluk hidup. Mitos ini tidak didasarkan pada observasi ataupun pemikiran logis, tetapi dimaksudkan untuk memengaruhi orang-orang melalui indoktrinasi massal. Tujuannya adalah agar manusia melupakan Tuhan, Pencipta sebenarnya, berpaling kepada paganisme, di mana “alam” dianggap sebagai pencipta.

Sebuah relief dari peradaban pagan di Mesopotamia.
Masonry berupaya keras membentuk kredo ini, memperkuat, dan menyebarkannya, serta menyokong semua kekuatan sosial yang dianggapnya sebagai sekutu. Sebuah artikel di Mimar Sinan, bertajuk “Pemikiran tentang Konsep dan Evolusi Solidaritas dari Sudut Pandang Ilmiah”, berbicara tentang “keselarasan misterius yang ditata oleh ibu alam” dan menyatakan bahwa ini adalah basis dari filosofi humanis Masonry. Lebih jauh dikatakan bahwa Masonry akan menyokong gerakan-gerakan yang mendukung filosofi ini:
Jika dipandang dari sudut pemberian dan pengambilan material dalam dunia makhluk hidup, bahwa mikroba-mikroba yang bermanfaat yang hidup di bumi dan di dalam tubuh kita, semua tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia ada dalam sebuah keselarasan misterius yang diatur oleh ibu alam, dan bahwa semuanya terus-menerus sibuk dengan solidaritas organik, saya ingin meyakinkan sekali lagi bahwa Masonry akan memandang setiap jenis gerakan psikososial yang didedikasikan untuk kesejahteraan, kedamaian, ketenteraman, dan kebahagiaan, singkatnya setiap gerakan yang berada di jalan menuju humanisme dan kesatuan universal umat manusia, sebagai sarana dan aksi yang memajukan cita-citanya juga. 93
Yang terpenting di antara “sarana dan aksi” yang “memajukan cita-cita Masonry” itu adalah teori evolusi yang diaku-aku berlandasan ilmiah, sebuah dukungan modern bagi materialisme dan humanisme.
Pada bab selanjutnya kita akan melihat lebih dekat lagi teori evolusi dari zaman Darwin hingga propaganda evolusionis modern, dan kita akan menemukan hubungan rahasia Masonry dengan kesalahan ilmiah terbesar sepanjang masa ini.
  

0 komentar:

Posting Komentar