Menggapai
Keteguhan Hati dengan Alquran
Maasyiral muslimin
rahimakumullah!
Kehidupan tiada bertepi.
Roda zaman terus berputar. Hari demi hari berlalu. Tetapi, itu semua tidak
dibiarkan oleh Allah begitu saja dengan sia-sia, melainkan akan selalu ada perhitungan
untuk setiap detik yang dilalui oleh manusia. Dalam kehidupannya, manusia
mengalami keadaan yang selalu silih berganti: suka dan duka, bahagia dan sedih,
kemudahan dan kesulitan, lapang dan sempit, sehat dan sakit, bahkan selain
kehidupan dia akan mengalami kematian.
Namun, perlu diingat bahwa
segala keadaan tersebut diciptakan oleh Allah adalah untuk menguji
hamba-hamba-Nya, untuk mengetahui siapa yang terbaik di antara mereka. Allah
SWT berfirman yang artinya, "Yang menciptakan mati dan hidup, supaya Dia menguji
kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya." (Al-Mulk:
2). Dan, pada ayat yang lain Allah berfirman, "Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan
menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di
antara kamu, dan agar Kami nyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu."
(Muhammad: 31).
Demikianlah bahwa kemudahan, kesulitan, dan semua yang terjadi merupakan ujian dari Allah, dan tidak banyak manusia yang mampu melaluinya dengan sabar. Hal itu seperti yang dikatakan oleh seorang yang alim, "Jika kita diuji dengan kesusahan dan kesempitan, kita mampu bersabar. Tetapi, jika kita diuji dengan kesenangan, biasanya kita tidak mampu bersabar."
Selain itu, perlu diketahui bahwa musuh-musuh Islam akan selalu melancarkan serangan kepada umat Islam dan melemahkan akidah mereka dengan menyebarkan berbagai macam fitnah (cobaan dan godaan), baik berupa fitnah syubhat maupun syahwat.
Mengingat banyaknya cobaan di depan mata kita dan besarnya hembusan angin godaan (fitnah) yang akan menerpa kita, kita tidak boleh menyerah begitu saja. Tetapi, kita harus menyiapkan berbagai sarana untuk menghadapinya dan melakukan kiat-kiat yang dapat mendorong kita untuk mampu menggapai keteguhan hati di tengah-tengah derasnya arus fitnah tersebut.
Ada beberapa sarana dan kiat yang dapat ditempuh untuk menggapai keteguhan hati di jalan Allah, di antaranya adalah menerima Alquran dan selalu berinteraksi dengannya.
Alquran merupakan sarana untuk menggapai keteguhan hati yang paling utama, karena Alquran adalah tali Allah yang kuat dan cahaya yang terang. Barang siapa berpegang teguh padanya, maka Allah akan melindunginya. Barang siapa yang mengikutinya, maka Allah akan menyelamatkannya. Barang siapa yang menyeru kepadanya, maka Allah akan menunjukinya jalan yang lurus.
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Allah mengabarkan bahwa
tujuan diturunkan-Nya Alquran secara berangsur-angsur adalah untuk meneguhkan
hati Rasulullah saw., sebagaimana difirmankan oleh Allah, "Berkatalah orang-orang kafir, 'Mengapa
Alquran tidak diturunkan kepadanya sekali saja?' Demikianlah supaya Kami
teguhkan hatimu dengannya. Dan Kami membacakannya dengan tartil (teratur dan
benar). Tidaklah orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil,
melainkan Kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling baik
penjelasannya." (Al-Furqan: 32--33).
Mengapa Alquran menjadi sumber utama untuk meraih keteguhan?
Mengapa Alquran menjadi sumber utama untuk meraih keteguhan?
1.
Karena Alquran menanamkan keimanan serta menyucikan
jiwa dengan selalu berhubungan kepada Allah.
2.
Karena Alquran turun sebagai penyejuk dan pendamai
hati seorang mukmin, sehingga tidak khawatir dengan adanya hembusan angin
fitnah. Hatinya tenang dengan berzikir kepada Allah.
3.
Karena Alquran membekali seorang muslim dengan tashawur atau pemahaman dan idealisme
yang benar, yang dengan hal itu ia mampu meluruskan hal-hal yang kurang benar
di sekitarnya. Di samping itu ia juga menjadi neraca keadilan, yang sudah
dipersiapkan di dalamnya hukum-hukum berbagai urusan, yang tidak ada
ketimpangan di dalamnya, sehingga tidak ada pertentangan dari apa yang
dikatakan Alquran dengan keadaan.
4.
Alquran membantah syubhat-syubhat yang dihembuskan
oleh musuh-musuh Islam dari kalangan orang-orang kafir dan munafik. Di antara
contohnya adalah pengaruh firman Allah pada jiwa Rasulullah saw., "Tuhanmu tiada
meninggalkanmu dan tiada pula benci kepadamu," (Adh-Dhuha: 3)
ketika orang-orang musyrik mengatakan bahwa Muhammad telah ditinggalkan.
Kemudian, pengaruh firman Allah, "Padahal bahasa yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad
belajar kepadanya, bahasa 'Ajam, padahal Alquran adalah dalam bahasa Arab yang
terang." (An-Nahl: 103). Ayat ini turun ketika orang-orang
kafir menganggap bahwa Nabi Muhammad diajari oleh manusia biasa dan dia
mengambil Alquran dari tukang kayu di Mekah. Dan lain-lain. Jika demikian,
bukankah Alquran yang meneguhkan hati di atas keteguhan yang ada, yang mengikat
hati orang-orang yang beriman yang membantah syubhat dan membungkam para ahli
batil?
Dari sini dapat kita ketahui perbedaan antara orang yang mengikat kehidupannya dengan Alquran, menerimanya, membacanya, menghafalnya, memahaminya, dan merenunginya, dan berpijak dengannya dengan orang yang menjadikan perkataan manusia sebagai acuan perilakunya, kepentingannya, dan kesibukannya.
Jika, seorang yang selalu berinteraksi dengan Alquran, maka jiwanya akan selalu terjaga, sebab Alquran adalah peringatan yang sangat berarti bagi orang yang beriman.
Semoga para penuntut ilmu menjadikan Alquran dan tafsirnya sebagai bagian terbesar dari apa yang mereka tuntut, mengingat pentingnya Alquran tersebut sebagai konsep kehidupan manusia.
Dari sini dapat kita ketahui perbedaan antara orang yang mengikat kehidupannya dengan Alquran, menerimanya, membacanya, menghafalnya, memahaminya, dan merenunginya, dan berpijak dengannya dengan orang yang menjadikan perkataan manusia sebagai acuan perilakunya, kepentingannya, dan kesibukannya.
Jika, seorang yang selalu berinteraksi dengan Alquran, maka jiwanya akan selalu terjaga, sebab Alquran adalah peringatan yang sangat berarti bagi orang yang beriman.
Semoga para penuntut ilmu menjadikan Alquran dan tafsirnya sebagai bagian terbesar dari apa yang mereka tuntut, mengingat pentingnya Alquran tersebut sebagai konsep kehidupan manusia.
Al-Islam, Pusat Informasi dan Komunikasi Islam
Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar