daftar pengunjung

Minggu, 15 April 2012

Pelajaran dari Umat-Umat Tedahulu


Pelajaran dari Umat-Umat Tedahulu

"Sesungguhnya, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alquran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman."  (Yusuf: 111)

"Maka, apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu." (Muhammad: 10).

Perjalanan hidup manusia sejak Nabi Adam a.s., yaitu manusia pertama sekaligus bapak seluruh umat manusia, hingga sekarang ini tenyata menoreh berbagai macam bekas berupa sejarah yang melukiskan perputaran roda kehidupan manusia dengan segala rona-ronanya, yang pada hakikatnya sejarah tiada pernah henti sampai pada ajal yang telah ditentukan oleh Allah mengenai akhir hayat manusia dan akhir dari alam semesta ini. Karena, Allah menciptakan langit dan bumi ini dan apa yang ada di antara keduanya adalah dengan ajal yang sudah ditentukan. Semua sejarah yang pernah berlalu itu harus kita mengerti dan kita pelajari agar bisa menapak tilas generasi-generasi rabbani, melihat apa yang didapat oleh kaum yang beriman kepada Allah, dan menyadari akibat dari orang-orang yang mengingkari seruan Ilahi. Itulah yang dititahkan di dalam Alquran kepada kita, umat akhir zaman, umat pilihan, umat nabi yang paling mulia: Nabi Muhammad saw. Allah menjadikan perjalanan umat-umat terdahulu itu sebagai ibrah bagi kita.

Kita harus menyadari bahwa umat-umat terdahulu diazab oleh Allah di dunia dengan azab yang dahsyat adalah karena mendurhakai, membangkang, dan mendustakan rasul yang diutus untuk mereka. Mereka mengingkari kebenaran yang disampaikan oleh rasulnya padahal telah nyata bukti-bukti kebenaran di hadapan mereka. Itulah yang terjadi pada umat-umat terdahulu sebelum diutusnya Rasulullah saw.

Adapun berkenaan dengan umat Rasulullah saw.--umat akhir zaman ini--ada keterangan darinya bahwa jika umat-umat terdahulu mendurhakai dan mendustakan nabinya, mereka segera diazab oleh Allah SWT. Akan tetapi, untuk umat Muhammad saw., apabila mereka mendustakannya, azabnya ditangguhkan sampai suatu masa. Meskipun demikian, hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa Allah akan menurunkan azab kepada umat ini seperti yang pernah menimpa umat-umat terdahulu. Karena, Allah pernah mengabarkan bahwa tidak akan mengazab suatu kaum ketika Rasulullah saw. berada di antara mereka. Adapun saat ini beliau telah wafat. Maka, kemungkinan itu bisa saja terjadi mengingat kondisi mayoritas manusia dewasa ini telah jauh dari petunjuk, bahkan terang-terangan menentang aturan Allah dan Rasul-Nya. Lebih parah lagi, yang pertama kali menolak ditegakkannya syariat Islam di negeri ini justru dari tokoh agama. Bilamana ketika ada seruan penegakkan syariat Islam saja sudah menolak mentah-mentah, bagaimana mungkin mereka akan memperjuangkan kalimatullah itu. Na'udzubillah min dzalik.

Maka dari itu, marilah kita tengok sejarah umat-umat terdahulu agar kita menyadari betapa keras dan mengerikannya ancaman dan siksaan yang diberikan oleh Allah kepada umat yang durhaka, di dunia maupun di akhirat. Dan sebaliknya, betapa besar nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat yang menaati dan mengikuti petunjuk-Nya. Lebih dari itu, dengan mempelajari dan menghayati kisah-kisah orang terdahulu, baik yang beriman maupun yang durhaka, iman kita menjadi semakin subur dan rasa takut kita akan murka Allah semakin tinggi.

Yang pertama, kita melihat kaum Nabi Nuh a.s. yang mendustakannya. Tentang mereka, Allah berfirman, "Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kaum Nuh, maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan, 'Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman.' Maka dia mengadu kepada Rabnya, 'Bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu tolonglah (aku).' Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan." (Al-Qamar: 12).

Coba kita bayangkan, pintu-pintu langit dibuka sehingga turunlah hujan yang tercurah limpah dengan sangat deras, ditambah lagi Allah menjadikan seluruh permukaan bumi memancarkan air hingga tanah yang gersang sekalipun. Maka, air dari langit bertemu dengan air yang memancar dari bumi hingga akhirnya meninggi setinggi puncak gunung. Habislah apa yang di muka bumi, tenggelam semuanya. Apakah hukuman mereka hanya sebatas itu? Tidak! Allah berfirman, "Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah." (Nuh: 25). Adapun Nabi Nuh a.s. dan orang-orang yang beriman bersama dengannya, mereka diselamatkan oleh Allah.
"Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku. Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai balasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh). Dan sesungguhnya telah Kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran." (Al-Qamar: 13--14).
Itulah sejarah besar yang pernah berlalu di muka bumi ini yang harus kita ambil sebagai pelajaran. Tak ayal, ada sekelompok manusia di bumi ini, yang mungkin karena keingintahuannya terhadap bukti-bukti sejarah, berusaha mencari-cari bangkai kapal Nabi Nuh a.s.

Yang kedua, kaum 'Ad, yaitu kaum Nabi Hud a.s. Mereka adalah kaum yang mampu membangun bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun semisalnya. "Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Rabmu berbuat terhadap kaum 'Aad. (Yaitu) Penduduk Iram yang mempunyai bangunan yang tinggi. Yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain." (Al-Fajr: 6--8). Tetapi, kelebihan yang ada pada mereka itu tidak dapat memberikan manfaat sedikit pun kepada mereka ketika mereka mendustakan Nabi Hud a.s., yang kemudian diazab oleh Allah.
"Kaum 'Ad pun telah mendustakan (pula). Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari naas yang terus-menerus, yang menggelimpangkan manusia seakan-akan mereka pokok kurma yang tumbang. Maka betapakah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku." (Al-Qamar: 18--21). Diterangkan pula dalam surah yang lain, "Adapun kaum 'Ad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus; maka kamu lihat kaum 'Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tanggul-tanggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk)." (Al-Haaqqah: 6-7). Padahal, azab mereka tidak cukup sebatas itu, bahkan azab yang akan mereka terima di akhirat lebih pedih.

Berikutnya adalah kaum nabi Luth a.s, kaum yang padanya terkumpul antara ingkar (kafir) kepada Allah dan Rasul-Nya, dan perbuatan keji yang belum dilakukan oleh kaum yang sebelumnya. Yaitu, mereka menyukai sesama jenis dan meninggalkan istri-istrinya. Perbuatan itu disebut liwath (karena asalnya dari kaum Luth) dan pada zaman sekarang disebut homosek. Pebutan itu sangat terkutuk, suatu perbuatan yang mencerminkan rusaknya fitrah dan kacaunya perikemanusiaan serta hati nurani.

Pada zaman sekarang kaum perempuan ikut-ikutan seperti yang terjadi pada kaum lelaki pada zaman Nabi Luth a.s.: perempuan menyukai perempuan. Perempuan yang demikian disebut lesbian. Di salah satu negeri di Eropa keadan yang demikian sudah begitu membudayanya sehingga muncullah undang-undang yang mengesahkan pernikahan sesama jenis. Na'udzubillah min dzalik. Bukankah ini perbuatan yang sudah benar-benar melanggar aturan Allah dan melampaui batas yang dilakukan dengan terang-terangan?

Lalu, apa yang diganjarkan Allah kepada kaum Nabi Luth a.s. setelah keingkaran dan pembangkangan mereka itu? Sebelum itu, Nabi Luth a.s. tak henti-hentinya mengingatkan kepada mereka untuk bertauhid kepada Allah dan meninggalkan perbuatan kejinya. Tetapi, apakah jawaban mereka? "Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan, 'Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwakan dirinya) bersih'." (An-Naml: 56). Kemudian, setelah itu Allah memberikan keputusan untuk mereka. Allah berfirman, "Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi. Yang diberi tanda oleh Rabmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim." (Hud: 82--83). Dan tentang tamu Nabi Ibrahim, Allah berfirman, "Ibrahim bertanya, 'Apakah urusanmu hai para utusan?' Mereka menjawab, 'Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa (kaum Luth). Agar kami timpakan kepada mereka batu-batu dari tanah yang (keras), yang ditandai di sisi Rabmu untuk (membinasakan) orang-orang yang melampaui batas.' Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang-orang yang berserah diri. Dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut pada siksa yang pedih." (Adz-Dzariyat: 31--37).

Kisah-kisah di atas, dan masih banyak kisah-kisah yang lain, seperti kaum Madyan, kaum Tsamud, Fir'aun, dan lain-lainnya, sangatlah penting untuk kita sebagai ambil pelajaran. Karena, semua itu berkaitan dengan masalah tauhid. Semua kisah tersebut bukanlah kisah yang dibuat-buat tetapi mengandung sesuatu yang sangat besar. Semua kisah tersebut berasal dari Alquran, yang seluruhnya berisi tentang penetapan terhadap tauhid, memurnikan peribadatan hanya untuk Allah semata, atau mengesakan Allah dalam beribadah. Kisah-kisah di atas semuanya bermuatan tauhid, yaitu ketika berbicara tentang umat yang mengingkari seruan tauhid, yang merupakan inti ajaran para rasul. Masalah tauhid, adalah masalah yang sangat asasi dan prinsip. Apabila seseorang keliru dalam masalah tersebut, berarti dia tergelincir ke jurang kesesatan dan kecelakaan yang berkepanjangan. Na'udzubillah min dzalik. Semoga Allah menunjukkan kita jalan yang lurus dan tidak tergelincir seperti kebanyakan orang.

Berkenaan dengan kisah-kisah seperti tersebut di atas, Syekh Utsaimin rhm. mengatakan, "Sesungguhnya, dalam menyikapi kisah-kisah tersebut dan semisalnya, manusia terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama, mereka yang mengetahui dan mengenal Allah beserta tanda-tanda kekuasaan-Nya yang terjadi, kemudian mereka mengambil pelajaran dari kejadian yang dialami orang-orang yang telah lalu, hingga mereka kembali kepada Allah, takut, sangat takut apabila mereka tertimpa apa yang telah menimpa orang-orang terdahulu. 'Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu.' (Muhammad: 10). Adapun kelompok kedua, kelompok yang jahil (bodoh) dan tidak mengenal Allah, hati mereka kosong dari keimanan dan keras karena kedurhakaan mereka. Mereka berkata, 'Sesungguhnya kejadian-kejadian itu adalah alamiah.' Sehingga, mereka tidak memperhatikannya dan tidak melihat akibat yang datang dari Allah, yaitu akibat bagi orang-orang yang mendustakan Allah dan para rasul-Nya. Kita memohon kepada Allah dengan ayat-ayatnya, dan dengan asma-asma dan sifat-sifat-Nya, agar menjadikan kita sebagai orang yang mampu mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan-Nya, dan takut akan ancaman dan siksa-Nya. Dan semoga Allah melimpahkan kasih sayang-Nya kepada kita, sesungguhnya Dia Maha Pemberi."

Demikianlah, hendaknya kita bisa mengambil pelajaran dari uraian di atas, yang akan menambah rasa takut kepada Allah apabila ditimpakan kepada kita apa-apa yang telah ditimpakan terhadap umat-umat terdahulu, mengingat keadaan manusia dewasa ini yang sudah jauh melampaui batas. Dan, jangan sampai kita merasa aman dari makar Allah. Semoga Allah senantiasa memberikan perlindungan-Nya kepada kita. Amin. (Zen Muhammad Yusuf).
Al-Islam, Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar