daftar pengunjung

Rabu, 11 April 2012

Pentingnya Wasiat dan Nasihat dari Orang-Orang Saleh


Pentingnya Wasiat dan Nasihat dari Orang-Orang Saleh

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Ketika seorang muslim dihadapkan pada cobaan dan ujian dari Allah untuk menyeleksi siapa yang terbaik dari para hambanya, maka termasuk faktor yang sangat penting untuk meneguhkan hati adalah adanya nasihat dan wasiat dari orang-orang saleh. Nasihat atau wasiat saat itu akan menjadi suatu hal yang sangat bermanfaat yang bisa memantapkan langkahnya.

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Kita mengetahui bahwa Alquran adalah kalamullah dan bukan makhluk. Barang siapa yang mengatakan bahwa Alquran adalah makhluk, maka ia telah mengucapkan kalimat kekufuran, dan berarti ia telah kafir. Akan tetapi ingatkah kalian, ketika Imam Ahmad rhm. mendapat cobaan yang begitu berat, yaitu saat dipaksa oleh Al-Makmun untuk mengatakan bahwa Alquran adalah makhluk. Padahal, apabila Imam Ahmad tidak mengatakannya, Al-Makmun akan membunuhnya. Pada saat itu nasihat dan wasiat dari orang-orang salehlah yang dapat meneguhkan hati Imam Ahmad untuk tetap teguh memegangi kebenaran. Berikut ini kisah bagaimana Imam Ahmad mendapat ujian tersebut, yang ketika itu datang orang-orang yang ikhlas memberikan nasihatnya hinnga akhirnya dapat melewati ujian tersebut dengan selamat.

Beliau telah digiring kepada Al-Makmun dalam keadaan diikat dan dirantai, bahkan sebelumnya telah diancam dengan peringatan yang sangat keras. Sampai ada seorang pembantu yang berkata kepada Imam Ahmad, "Berat bagiku wahai Abu Abdillah, sesungguhnya Al-Makmun telah menghunuskan pedang, padahal sebelumnya ia belum pernah melakukannya. Dan dia bersumpah akan kedekatan kerabatnya dengan Rasulullah saw. bahwa jika Anda tidak mengatakan bahwa Alquran adalah makhluk, dia akan membunuh Anda dengan pedang tersebut." (Al-Bidayah wan-Nihayah 1/332).

Para ulama dan kaum cerdik pandai yang memiliki ketajaman nurani segera menyempatkan waktu untuk menemui imam mereka dan mengucapkan kata-kata yang bisa meneguhkan hati.

Dalam kitab As-Sair karangan Adz-Dzahabi disebutkan bahwa Abu Ja'far al-Anbari berkata, "Ketika Imam Ahmad dibawa menuju Al-Makmun, saya diberitahu, kemudian saya menyeberangi Sungai Furat sedangkan beliau tinggal di sebuah penginapan. Lalu ucapkan salam kepadanya, dan beliau berkata, 'Wahai Abu Ja'far, saya sedang menderita.' Maka saya katakana, 'Begini, Anda sekarang adalah pemimpin, dan manusia meneladani Anda. Jika Anda katakan bahwa Alquran adalah makhluk, mereka pasti akan mengatakan hal yang sama. Dan jika Anda tidak mengatakannya, maka begitu juga kebanyakan orang. Dan jika orang itu (Al-makmun) tidak membunuh Anda, maka Anda akan mati juga karena kematian adalah sebuah kemestian. Maka, takutlah kepada Allah dan jangan Anda jawab."

Hal itu membuat Imam Ahmad menangis dan berkata, "Masya Allah. Wahai Abu Ja'far, ulangilah!" Kemudian saya ulangi dan beliau berkata, "Masya Allah."

Di dalam kitab Al-Bidayah wan-Nihayah disebutkan bahwa seorang Arab Badui berkata kepada Imam Ahmad, "Begini, wahai Imam Ahmad. Sesungguhnya Anda adalah utusan manusia, maka janganlah Anda mendatangkan kesialan bagi mereka. saat ini Anda adalah pemimpin manusia, maka janganlah Anda menjawab dengan jawaban yang mereka dakwakan (tuduhkan), karena manusia akan mengikuti Anda. Dan Anda akan memikul dosa-dosa mereka di hari kiamat. Tetapi, jika Anda mencintai Allah, maka bersabarlah, karena sesungguhnya jarak antara Anda dan surga adalah jika Anda terbunuh."

Imam Ahmad berkata, "Perkataan orang itu termasuk hal yang memperkuat pendirian saya untuk tidak memenuhi apa yang mereka (Al-Makmun dkk.) inginkan."

Dalam sebuah riwayat diterangkan bahwa Imam Ahmad berkata, "Sejak saya mengalami masalah ini, saya belum pernah mendengar satu perkataan yang lebih kuat daripada ucapan seorang Arab Badui yang berkata kepada saya, 'Wahai Imam Ahmad, jika yang membunuh Anda adalah kebenaran, maka Anda mati syahid. Dan jika Anda hidup, Anda hidup mulia.' Mata kuatlah hati saya."

Demikianlah kisah tentang Imam Ahmad yang mendapat ujian yang besar, dan mampu untuk tetap teguh berdiri di atas jalan kebenaran.

Manusia adalah makhluk yang cenderung bersifat tergesa-gesa. Padahal, kita tidak boleh mengambil sikap dalam setiap permasalahan dengan tergesa-gesa.

Segala keadaan yang dialami oleh manusia sebenarnya adalah merupakan cobaan dari Allah SWT, sebagaimana difirmankan oleh Allah yang artinya, "Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (Al-Mulk: 6).

Dalam menghadapi cobaan tersebut, dan dalam menentukan sikap pada suatu permasalahan, manusia tidak boleh gegabah. Tetapi, dia harus mempertimbangkannya matang-matang. Jika dia dihadapkan pada permasalahan yang berat, dan menyulitkannya, pada saat itulah dia membutuhkan bimbingan, pertimbangan-pertimbangan, petuah-petuah, dan nasihat agar dia tidak salah langkah dalam mengambil keputusan, yang apabila seseorang salah dalam mengambil sikap, terkadang hal itu bisa berakibat fatal, sebagaimana kisah yang terjadi pada Imam Ahmad di atas. Jika beliau salah mengambil keputusan, tentu hal tersebut akan berakibat sangat fatal.

Sekarang jelaslah bagi kita akan pentingnya nasihat dan wasiat dari orang saleh untuk menjaga keteguhan iman dan akidah kita.

Oleh sebab itu, wahai kaum muslimin yang mulia, hendaklah kalian antusias dalam mendapatkan wasiat dan nasehat dari orang-orang saleh. Mintalah hal itu dalam segala keadaan jika diperlukan: jika Anda hendak bepergian dan khawatir akan kemungkinan yang terjadi, jika Anda mendapat ujian, dan mintalah juga nasihat itu walaupun dalam keadaan bahagia, lapang, dan mendapat kenikmatan hidup. Sehingga, hal itu akan mampu meneguhkan jiwa untuk tetap berdiri tegak di atas jalan kebenaran. Hanya Allahlah penolong bagi kaum mukminin.

Al-Islam, Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar