daftar pengunjung

Rabu, 11 April 2012

Perintah Menyelisihi Orang Kafir


Perintah Menyelisihi Orang Kafir

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Allah SWT telah menganugerahkan kepada kaum muslimin syariat yang lengkap dan sempurna yang mengatur urusan dunia dan agama. Allah juga mengaitkan kebahagiaan seseorang di dunia dan akherat terletak kepada pengikutan terhadap syareat ini. Allah SWT berfirman yang artinya, "Barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka." (Thaahaa:123)
"Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (Al-Baqarah: 38)

Syariat yang dimaksud itu adalah jalan yang lurus. Jalan yang telah Allah berikan kepada mereka yang diberi nikmat dari para nabi, shidiqin, syuhada dan salihin. Adapun jalan selain mereka adalah jalan orang yang dimurkai dan orang yang sesat dari Yahudi, Nasrani dan orang-orang musyrik.

Jalan inilah yang dalam setiap rakaat salat senantiasa kita mohonkan kepada Allah, di samping permintaan agar kita dijauhkan dari jalan orang yang dimurkai dan orang yang sesat.

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Doa yang kita baca ini mengandung makna bahwa diri kita diperintahkan untuk mengikuti Rasulullah dan berpegang teguh dengan syareatnya baik dalam ibadah, muamalah, adab, akhlak maupun yang lainnya. Juga mengandung makna, kita diperintahkan untuk menyelisihi orang kafir terutama dalam ibadah, muamalah, adab dan akhlak. Hal ini dikarenakan menyerupai orang kafir dalam hal-hal yang dahir akan membawa kecintaan di dalam batin. Karena itu, dalil-dalil yang terdapat dalam kitab dan sunah tentang perintah menyelisihi orang kafir saling dukung mendukung.

Mengapa demikian? Karena perbuatan orang kafir itu batil dan sesat, dan akhir dari kehidupan mereka adalah kehancuran. Allah SWT berfirman yang artinya, "Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun." (An-Nuur:39)

"Orang-orang yang kafir kepada Rabbnya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang." (Ibrahim:18)
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Dalam sejumlah hadis, Rasulullah saw. mengingatkan kita agar mewaspadai perilaku mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat dari Yahudi dan Nasrani.

Dari Abu Said Al-Khudri, Rasulullah saw. bersabda yang artinya, "Kalian benar-benar akan mengikuti sunah-sunah orang sebelum kalian setapak demi setapak, sampai seandainya mereka masuk ke dalam lubang biawak, kalian pun akan memasukinya pula. Para sahabat bertanya, 'Ya Rasulullah apakah Yahudi dan Nasrani?' Rasulullah menjawab, 'Lantas siapa?'" (HR Bukhori)

Dari Abu Hurairah dari Nabi saw. bersabda yang artinya, "Hari kiamat tidak akan terjadi sampai umatku mengambil jalan masa, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta. Rasulullah ditanya, 'Ya Rasulullah seperti Persi dan Romawi?' Rasulullah bersabda, 'Siapa lagi kalau bukan mereka?'" (Dikeluarkan oleh Ibnu Jarir Ath-Thobari dalam tafsirnya, tapi sanadnya lemah).

Dalam hadis di atas Rasulullah saw. memberitahukan bahwa dalam umat ini akan ada orang yang menyerupai Yahudi dan Nasrani, Persia dan Romawi.

Pemberitahuan ini bukanlah berarti bahwa semua umat akan mengikuti Yahudi dan Nasrani, tidak. Tapi justru sebeliknya, akan ada orang yang menenentang mereka. Rasulullah saw. bersada yang artinya, "Akan terus ada dari umatku sekelompok orang yang menampakkan Al-Haq sampai datangnya hari kiamat." (HR Muslim)

Di samping itu, beliau juga memberitahukan bahwa Allah tidak akan mengumpulan umat ini dalam kesesatan.

Berdasarkan pada pemberitahuan Rasulullah saw. ini berarti bahwa dalam umat ini akan ada kelompok yang berpegang teguh dengan din Islam, tapi ada juga kelompok yang condong kepada Yahudi dan Nasrani.

Karena itu, kita diperintahkan setelah berdoa meminta petunjuk agar berdoa meminta istiqomah agar perbuatan kita tidak condong ke Yahudi dan tidak pula ke Nasrani.

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Bila kita melihat realita umat Islam hari ini, maka kita akan mendapati betapa banyaknya kaum muslimin yang menyerupai orang kafir dalam ucapan, pakaian, organisasi dan sebagainya.
Di antara penyerupaan itu adalah lelaki muslim yang mencukur jenggot, memelihara kumis dan memanjangkan rambut kepalanya sebagaimana dilakukan orang kafir. Padahal Rasulullah saw. telah memerintahkan agar kita mencukur kumis dan membiarkan jenggot.

Ketahuilah, mencukur kumis dan membiarkan jenggot, di samping merupakan sunah Rasul, bagian dari fitrah juga penyelisihan terhadap musuh Allah dan Rasul-Nya.

Mencukur kumis juga memiliki kemaslahatan yaitu, menjaga apa yang keluar dari hidung dan diri kita menjadi bersih. Sementara bila kumis tidak dipotong atau malah justru diperlebat, hal itu akan menimbulkan kotoran. Sebab, dengan kondisi kumis yang lebat, bila kita makan atau minum, maka akan ada bagian dari makanan atau minuman yang menempel di kumis itu dan ini adalah bentuk kekotoran.

Begitu pula dengan membiarkan jenggot, ia juga memiliki kemaslahatan yaitu kewibawaan dan ketampanan. Karena itu orang yang memotong jenggot, kewibawaan dan ketampanannya menjadi hilang. Meski demikian, orang yang memotong jenggot tetap menganggap dirinya tampan. Hal ini karena pengikut taklid buta akan menjelekkan yang baik dan membaikkan yang jelek. Dan kepada mereka ini kami katakan, "Bertaubatlah kepada Allah dan kembalilah kepada kebenaran. Karena kembali kepada kebenaran adalah lebih baik daripada tetap berada dalam kesesatan."

Jelaslah, bahwa kita diperintahkan Allah untuk mengikuti Rasulullah saw. Allah SWT berfirman yang artinya, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu." (Al-Ahzab:12).

Karena itu, marilah kita berpegang teguh dengan sunahnya dan jangan tertipu dengan banyaknya orang yang menyelisihinya.

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Termasuk mengikuti orang kafir adalah berbicara dengan bahasanya. Hal ini terjadi pula di tanah Arab. Sesungguhnya seseorang yang membiasakan diri untuk tidak berbicara bahasa Arab maka ia akan meninggalkan bahasa Arab yang merupakan syiar Islam.

Bahasa merupakan tanda sebuah umat yang paling besar. Dengan bahasa pula sebuah umat dipisahkan dan dibedakan. Karena itu banyak dari ahli fikih -atau mayoritas dari mereka- memakruhkan doa dalam salat dan dzikir kepada Allah dengan menggunakan bahasa selain Arab.

Sesungguhnya Allah telah memilih lesan Arab yang dengannya kitab ini diturunkan dan Rasulullah dijadikan penutup para nabi. Maka, membiasakan diri berbicara dengan bahasa non Arab tak ada keraguan lagi bahwa itu adalah makruh. Karena hal ini termasuk menyerupai orang asing dan akan mengakibatkan kepada meninggalkan bahasa Arab dan menggantikannya dengan yang lainnya. Bahasa Arab termasuk dari agama dan mempelajarinya adalah wajib. Ini dikarenakan memahami kitab dan sunah adalah wajib dan keduanya tidak bisa difahami kecuali dengan memahami bahasa Arab. Dalam kaidah usul fikih dinyatakan, sesuatu kewajiban yang tidak sempurna kecuali dengannya, maka ia adalah wajib.

Karena itu, bila kaum muslimin hendak mengucapkan dan mempelajari bahasa non Arab maka hendaklah ia melakukannya di saat kebutuhan saja. Dan, bila ia tidak punya kebutuhan, maka itu dimakruhkan. Namun pada hari ini kita mendapati rumah sakit dan bandara di Arab, percakapan dan tulisan dalam bahasa selain Arab seakan-akan kamu berada di Eropa.

Termasuk menyerupai orang kafir adalah membangun masjid di atas kuburan orang saleh. Dan pada hari ini telah terjadi syirik besar disebabkan berlebih-lebihan terhadap kuburan. Ini semua dikarenakan taklid terhadap Nasrani dan Yahudi.

Termasuk taklid terhadap Yahudi dan Nasrani adalah merayakan hari maulid nabi atau hari-hari yang lainnya. Sesungguhnya tidak ada dalam Islam kecuali dua hari raya saja yaitu: Idul Fitri dan Idul Adha dan yang selain keduanya adalah bidah dan mengikuti orang kafir.

Akhir kata, marilah memperhatikan hal-hal yang demikian dan tidak tertipu oleh mereka yang menyandarkan dirinya kepada Islam dan mengerjakan perbuatan itu semua, sementara ia tidak tahu hakekat Islam. Atau mungkin ia tahu, tapi ia menyengaja. Maka bagi mereka ini musibah lebih besar.

Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan hidayah dan istiqomah kepada kita sehingga kita bisa mengikuti sunah Rasul dan berpegang teguh dengan syareat Islam tanpa berbelok ke arah Yahudi maupun Nasrani. Amin. Wallahu a'lam bish-showab -
Al-Islam, Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar