daftar pengunjung

Rabu, 11 April 2012

Shadaqah Tathawwu' dan Keutamaannya


Shadaqah Tathawwu' dan Keutamaannya
Keutamaan sedekah banyak sekali dan sudah banyak dikenal, di antaranya seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari hadis Ibnu Mas'ud r.a. Dia berkata, "Rasulullah saw. pernah bertanya, 'Siapakah di antara kalian yang harta ahli warisnya lebih ia cintai daripada hartanya sendiri'?" Mereka menjawab, "Wahai Rasulullah, tidaklah ada seseorang di antara kami melainkan hartanya lebih dia cintai." Beliau saw. bersabda, "Sesungguhnya hartanya adalah yang lebih dahulu ada, dan harta ahli warisnya yang di kemudian hari (harta yang masih tersimpan)."
Di dalam Ash-Shahihain disebutkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, Barang siapa bersedekah senilai sebuah kurma dari mata pencaharian yang baik, dan tidak ada yang sampai kepada Allah kecuali yang baik, maka Allah akan menerimanya dengan tangan kanan-Nya, kemudian Dia mengembangkannya sebagaimana salah seorang di antara kalian mengembangkan ternaknya, hingga sedekah itu menjadi seperti gunung." (HR Bukhari, Muslim, Tirmizi, Nasai, Ibnu Majah, dan Ahmad).

"Sesungguhnya sedekah itu benar-benar memadamkan kemurkaan Rab dan menjaga dari kematian yang buruk." (HR Tirmizi dan Ibnu Hibban).
"Keluarkanlah sedekah, karena sedekah itu membebaskan dari neraka." (HR Ath-Thabari).
Dari Buraidah r.a., dia berkata, "Rasulullah saw. bersabda, 'Tidaklah seseorang mengeluarkan sedekah walaupun sedikit hingga dia dibebaskan dari kutukan tujuh puluh setan'." (HR Ibnu Khuzaimah di dalam Shahihnya, Al-Hakim, Ahmad, dan Al-Bazzar).

Diriwayatkan ada seorang pendeta yang terus-menerus beribadah di biaranya selama enam puluh tahun. Suatu hari dia keluar dari biaranya sambil membawa adonan roti. Tiba-tiba ada seorang wanita yang muncul di hadapannya seraya melepaskan pakaiannya. Lalu, pendeta itu bersetubuh dengan wanita itu bersetubuh dengan wanita tersebut, dan seketika itu dia meninggal dunia. Karena ada seorang pengemis yang datang, lalu adonan roti itu diberikan kepadanya, lalu pengemis itu meninggal dunia. Ketika amalnya selama enam puluh tahun ditimbang dengan diletakkan di satu telapak dan kesalahannya diletakkan di telapak yang lain, maka amalnya yang lebih berat. Namun, ketika adonan roti itu ditimbang dengan amalnya, ternyata kesalahannya lebih berat. (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibbas secara marfu).

Dalam riwayat Muslim disebutkan dari hadis Abu Hurairah r.a., dari Nabi saw., beliau bersabda, "Sedekah itu tidak membuat harta berkurang." (HR Muslim, At-Tirmizi, dan Ahmad).

Diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa orang-orang menyembelih seekor domba. Lalu beliau bertanya, "Apa yang masih menyisa dari bagian domba itu?"
Aisyah menjawab, "Tidak ada yang menyisa selain tulang bahunya."
Beliau bersabda, "Semuanya masih menyisa kecuali tulang bahunya." (HR At-Tirmizi, yang menurutnya adalah hadis sahih).

Tentang adab-adab sedekah sama dengan adab-adab zakat. Para ulama berbeda pendapat tentang mana yang lebih baik bagi orang fakir, menerima dari zakat ataukah dari sedekah. Ada yang berpendapat bahwa lebih baik baginya menerima dari zakat dan sebagian yang lain berpendapat lebih baik menerima dari sedekah.

Tentang sedekah yang lebih utama, maka telah diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dia berkata, "Rasulullah saw. pernah ditanya, 'Apakah sedekah yang paling utama?' Beliau menjawab, "Hendaklah engkau mengeluarkan sedekah ketika engkau dalam keadaan sehat, kikir, takut kefakiran, dan sedang mengharap-harapkan kekayaan, dan janganlah menunda-nunda hingga ketika nyawa sudah sampai ke tenggorokan, engkau berkata, 'Fulan mendapat sekian, Fulan mendapat sekian.' Padahal harta itu memang milik Fulan." (HR Bukhari dan Muslim).

Sumber: Diadaptasi dari Mukhtasyar Minhajul Qashidin, Al-Imam asy-Syekh Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah al-Maqdisy
Al-Islam, Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar