daftar pengunjung

Sabtu, 21 April 2012

Kisah: Kisah Nyata dari Jordan



Kisah: Kisah Nyata dari Jordan

KotaSantri.com : Sepasang wanita muda sedang duduk duduk pada sebuah bar di hotel berbintang lima, dengan pemandangan “Laut Mati” (Dead Sea), sekitar 40 km dari kota Amman Ibu kota Jordan, hotel itu terletak sangat dekat dengan perbatasan Israel, mereka sedang menikmati “Tequilla”, itulah salah satu jenis minuman keras yang paling umum disana.

Ketika dalam perjalanan pulang, keduanya menyaksikan seorang wanita yang tergeletak di tengah jalan, keadaannya sangat mengerikan, wanita itu sangat dikenal oleh keduanya, seorang PSK yang selalu mabuk dari hasil kerjaannya, wanita itu tergeletak di tengah jalan dalam keadaan tak bernyawa, perutnya yang buncit dan menonjol menunjukkan bahwa ia sedang hamil tua telah pecah, sedangkan dilehernya masih tergantung termos besi yang berisi arak.

Wanita itu tewas disebabkan menyeberang dalam keadaan mabuk. Tubuhnya yang kurus dengan perut yang buncit itu dihantam sebuah truk peti kemas hingga terlempar. Belum cukup hantaman truk besar itu melandanya, tubuh wanita itu bagaikan panah lepas dari busurnya menghantam tebing karang disamping jalan. Lalu tubuh penuh dosa itu terhempas di kerikil tajam di teras jalan. Tulang kepalanya remuk, sebagian kulit kepala dan rambutnya masih menempel di tebing karang. Paha kanannya sudah terpisah dari tubuhnya. Perutnya robek serta kepala bayi kecil tersembul dari perut ibunya yang bermandikan darah dan arak yang berasal dari termos yang penyok sekalian meremukkan tulang rusuknya, bayi itu masih tampak bergerak-gerak, terkejang-kejang, lalu diam untuk selamanya. Pemandangan menyeramkan itu membuat kedua wanita itu pucat pasi dan jatuh pingsan.

Keesokan harinya kedua wanita itu saling bertemu di sebuah Mall di Pusat kota Amman, akan tetapi yang satu sudah jauh berubah, ia telah mengenakan jilbab lengkap, wajahnya sudah memancarkan cahaya tobat, dan kelopak matanya membengkak karena banyak menangis. Wanita kedua tampak kaget, “Hei…apa aku tak salah lihat???” serunya dengan pandangan keheranan.

Wanita pertama hanya menunduk dan berkata lirih, “Aku telah kembali pada bimbingan Tuhanku, aku takut dan malu padaNya, aku jijik terhadap diriku, aku rindu pada keindahan, aku rindu pada kesucian, aku rindu pada kemuliaan, hanya Tuhanku yang mau mema’afkanku, hanya Tuhanku yang dapat memuliakanku, hanya Tuhanku yang dapat menyucikanku…” Belum selesai ia berbicara wanita kedua sudah berlalu dari hadapannya.

Tiga bulan berlalu tanpa terasa, kedua wanita itu sudah tak pernah berhubungan lagi, wanita pertama sedang asyik menikmati cahaya ayat-ayat Allah, ia duduk di kursi kayu di beranda rumahnya, melewatkan sore harinya bersama Al-Qur’an, yang dahulu sore harinya ia habiskan bersama Tequilla. Tiba tiba Ponselnya berbunyi seakan hendak memutus kenikmatannya, tetapi ia enggan memutus ngajinya, ia biarkan selular itu berbunyi, berhenti dan berbunyi lagi, lalu berhenti dan berbunyi lagi, akhirnya dengan sangat berat ia menghentikan bacaan Al-Qur’annya dan menjawab telepon, ternyata si penelepon adalah temannya yang sudah tiga bulan tak pernah mau berhubungan dengannya.

Temannya berkata lirih, “Bagaimana sih caranya bertobat..?” Dengan gembira wanita shalihah itu menjelaskan cara cara shalat, membaca Al-Qur’an dan ibadah-ibadah Indah lainnya. Tetapi temannya terdiam dan berkata dengan berat, “Sholat..?, pake jilbab..?, aduh malas ah, aku berat melakukannya. Tapi…., aku butuh ketenangan.” Wanita shalihah itu berusaha meyakinkan bahwa Ibadah dengan diawali tobat adalah ketenangan yang sangat indah. Namun temannya memang kepala batu, seraya berkata, “ngga deh.., aku belum mau jadi biarawati..!”, seraya memutus hubungan teleponnya.

Tiga hari kemudian wanita shalihah itu mendapat kabar bahwa temannya telah menemui ajalnya. Lalu ia bergegas untuk melayat ke rumah temannya dan ternyata jenazah telah menuju pusara untuk dimakamkan. Sesampainya ia dirumah temannya ia bertemu ibu dari temannya tersebut yang juga terlambat, karena datang dari luar kota. Ibu itu tergopoh-gopoh menuju pusara anak perempuannya didampingi si wanita shalihah. Ketika tiba ternyata penguburan telah selesai. Si ibu berteriak menjerit-jerit, ia menjambak rambut dan merobek bajunya memaksa untuk melihat jenazah anaknya terakhir kali. Penguburan dan talqin sudah usai, namun permintaan ibu membuat para hadirin menjadi bingung. Mereka berusaha menyabarkan Sang ibu, namun ibu itu terus memaksa dengan terus merobeki bajunya. Akhirnya permintaannya pun dengan berat diterima, kuburan itu di gali lagi atas permintaan keluarganya.

Penggalipun dengan cepat menggali pusara itu. Namun ketika sampai pada kayu penutup mayat, ternyata kayu kayu itu sudah hancur. Mereka menyingkirkan kayu kayu itu dengan penasaran… semua wajah melongokkan pandangannya ke liang kubur. Lalu kayu-kayu hancur itu pun disingkirkan dengan hati-hati, maka terlihatlah pemandangan yang sangat mengerikan. Kain kafan penutup mayat itu sudah hancur berserakan, mayat wanita itu hangus terbakar, rambutnya kaku bagaikan jeruji besi, hampir mirip sapu ijuk, kedua bola matanya berada dipipinya dalam keadaan kuncup bagaikan buah kering yang terbakar. Dan lidahnya terjulur keluar serta dari mulut, mata dan telinganya mengalirkan asap yang berbau daging hangus….

Semua sosok yang menyaksikan pemandangan itu terlonjak mundur. Ibu dan wanita shalihah itu sudah sedari tadi jatuh pingsan. Dan para penggali kubur yang sudah melompat keluar liang itu dengan tanpa pikir panjang menimbun liang itu dengan cepat dan lari meninggalkan pusara.

Wanita shalihah itu semakin giat beribadah. Ibu wanita malang tadi sudah menjadi penghuni rumah sakit jiwa. Dan kubur itu menjadi kuburan terakhir yang dimakamkan di pemakaman itu, karena tak ada lagi orang yang mau menguburkan keluarganya di makam itu.

Firman Allah : “DAN PERUMPAMAAN PERUMPAMAAN ITU KAMI PERLIHATKAN PADA MANUSIA AGAR MEREKA MAU BERFIKIR” (QS Al Hasyr-21). (sari)




Minggu, 15 April 2012

Perbedaan Wirid Berdasarkan Perbedaan Keadaan


Perbedaan Wirid Berdasarkan Perbedaan Keadaan

Orang yang berjalan menuju akhirat tidak akan lepas dari salah satu dari enam keadaan ini.
1.                  Ahli ibadah, yaitu orang yang memutuskan diri dari segala macam kesibukan duniawi hanya untuk beribadah. Wirid-wiridnya seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Namun, apa yang dilakukannya juga bisa berbeda-beda. Keadaan para ahli ibadah dari kalangan salaf juga berbeda-beda. Di antara mereka ada yang lebih banyak membaca Alquran hingga dalam satu haru mereka bisa khatam sekali atau bahkan dua kali. Yang lain ada yang lebih banyak betasbih, yang lain lagi ada yang lebih banyak mendirikan salat, dan yang lain lagi ada yang lebih banyak melakukan tawaf di Kakbah.

Jika ada yang bertanya, "Manakah yang lebih utama di antara wirid-wirid tersebut dan yang sebaiknya lebih banyak dilakukan?" Ketahuilah bahwa yang paling utama adalah melihat kondisi taip-tiap orang. Karena, maksud dari wirid-wirid itu adalah menyucikan hati, hendaklah seseorang melihat mana yang lebih mantap baginya dan mana yang sekiranya dapat dia kerjakan secara ajeg. Jika dia merasa bosan, dia bisa beralih ke jenis wirid yang lain.

Abu Salman ad-Darani berkata, "Jika hatimu merasa mantap saat berdiri, janganlah buru-buru rukuk, dan jika hatimu merasa mantap rukuk, jangan buru-buru berdiri."

2.                  Orang yang berilmu, yaitu orang yang lebih banyak memberi manfaat kepada orang lain dengan cara menyampaikan fatwa, mengajar, menulis, atau memberi nasihat. Tingkatannya dalam melakukan wirid berbeda dengan ahli ibadah. Dia lebih banyak membutuhkan penelaahan berbagai buku dan kitab yang terdiri dari beberapa jilid. Jika dia menghabiskan waktunya untuk pekerjaan ini, ini adalah hal yang paling utama baginya setelah salat fardu lima waktu. Yang kami maksudkan ilmu yang menyertai ibadah ini adalah ilmu yang berorientasi ke akhirat dan membantu jalan untuk ke sana. Yang tidak kalah pentingnya bagi orang yang berilmu ialah pandai-pandai membagi waktu. Ketika tidak mengajar, dia bisa mendalami ilmu dan memikirkan berbagai hal, dan seterusnya.

Pembagian waktu malam, bagi kalangan orang yang berilmu, yang terbaik adalah seperti yang dilakukan oleh Imam Syafii rhm. Dia membaginya menjadi tiga bagian. Sepertiga pertama untuk menulis ilmu, sepertiga kedua untuk salat, dan sepertiga ketiga untuk tidur. Tetapi, jika musim dingin, dia tidak kuat melakukan pembagian seperti itu, kecuali jika tidur siangnya cukup memadai.

3.                  Orang yang mencari ilmu. Baginya mencari ilmu lebih utama daripada menyibukkan diri dalam zikir dan salat-salat sunah. Derajat orang yang berilmu dan orang yang mencari ilmu hampir serupa dalam masalah wirid. Hanya saja, orang yang mencari ilmu lebih disibukkan untuk mencari manfaat, sedangkan orang yang berilmu lebih disibukkan untuk memberi manfaat. Orang awam bisa mencari ilmu dengan mendatangi majelis-majelis zikir, majelis ilmu, nasihatn dan lain-lainnya. Hal ini jauh lebih baik baginya daripada tenggelam dalam zikir.

4.                  Waliyul amri. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah seperti pemimpin, penguasa, hakim, dan para pejabat yang menangani urusan umat Islam. Andil dan aktivitas mereka melayani kebutuhan orang-orang muslim yang sesuai dengan syariat secara ikhlas selbih utama daripada wirid-wirid yang disebutkan di atas. Karena, aktivitasnya itu juga merupakan ibadah yang manfaatnya merata. Pada siang hari mereka cukup melaksanakan salat fardu. Waktu selainnya harus dipergunakan untuk melayani kebutuhan umat. Mereka cukup melakukan wirid pada malam hari.

5.                  Pekerja, yaitu orang yang perlu bekerja untuk nafkah keluarganya. Dia tidak perlu menghabiskan waktu untuk beribadah. Tetapi, dia harus berusaha dan bekerja. Jika segala kebutuhannya sudah terpenuhi, dia bisa melakukan wirid.

6.                  Orang yang tenggelam dalam kecintaan kepada Allah. Dia melakukan wirid setiap usai salat fardu. Hatinya serasa bersama Allah dan bergerak-gerak ke mana pun yang dikehendakinya, seperti wirid yang diucapkannya. Yang pasti wirid ini harus dilakukan secara istikamah (terus-menerus), sebagaimana sabda Rasulullah saw. (yang artinya), "Amal yang paling dicintai Allah adalah yang terus-menerus sekalipun sedikit."

Sumber: Diadaptasi dari Minhajul Qashidin: Jalan Orang-Orang yang Mendapat Petunjuk terjemahan dari Mukhtasyar Minhajul Qashidin, Al-Imam asy-Syekh Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah al-Maqdisy

Al-Islam, Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Pelajaran dari Umat-Umat Tedahulu


Pelajaran dari Umat-Umat Tedahulu

"Sesungguhnya, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alquran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman."  (Yusuf: 111)

"Maka, apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu." (Muhammad: 10).

Perjalanan hidup manusia sejak Nabi Adam a.s., yaitu manusia pertama sekaligus bapak seluruh umat manusia, hingga sekarang ini tenyata menoreh berbagai macam bekas berupa sejarah yang melukiskan perputaran roda kehidupan manusia dengan segala rona-ronanya, yang pada hakikatnya sejarah tiada pernah henti sampai pada ajal yang telah ditentukan oleh Allah mengenai akhir hayat manusia dan akhir dari alam semesta ini. Karena, Allah menciptakan langit dan bumi ini dan apa yang ada di antara keduanya adalah dengan ajal yang sudah ditentukan. Semua sejarah yang pernah berlalu itu harus kita mengerti dan kita pelajari agar bisa menapak tilas generasi-generasi rabbani, melihat apa yang didapat oleh kaum yang beriman kepada Allah, dan menyadari akibat dari orang-orang yang mengingkari seruan Ilahi. Itulah yang dititahkan di dalam Alquran kepada kita, umat akhir zaman, umat pilihan, umat nabi yang paling mulia: Nabi Muhammad saw. Allah menjadikan perjalanan umat-umat terdahulu itu sebagai ibrah bagi kita.

Kita harus menyadari bahwa umat-umat terdahulu diazab oleh Allah di dunia dengan azab yang dahsyat adalah karena mendurhakai, membangkang, dan mendustakan rasul yang diutus untuk mereka. Mereka mengingkari kebenaran yang disampaikan oleh rasulnya padahal telah nyata bukti-bukti kebenaran di hadapan mereka. Itulah yang terjadi pada umat-umat terdahulu sebelum diutusnya Rasulullah saw.

Adapun berkenaan dengan umat Rasulullah saw.--umat akhir zaman ini--ada keterangan darinya bahwa jika umat-umat terdahulu mendurhakai dan mendustakan nabinya, mereka segera diazab oleh Allah SWT. Akan tetapi, untuk umat Muhammad saw., apabila mereka mendustakannya, azabnya ditangguhkan sampai suatu masa. Meskipun demikian, hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa Allah akan menurunkan azab kepada umat ini seperti yang pernah menimpa umat-umat terdahulu. Karena, Allah pernah mengabarkan bahwa tidak akan mengazab suatu kaum ketika Rasulullah saw. berada di antara mereka. Adapun saat ini beliau telah wafat. Maka, kemungkinan itu bisa saja terjadi mengingat kondisi mayoritas manusia dewasa ini telah jauh dari petunjuk, bahkan terang-terangan menentang aturan Allah dan Rasul-Nya. Lebih parah lagi, yang pertama kali menolak ditegakkannya syariat Islam di negeri ini justru dari tokoh agama. Bilamana ketika ada seruan penegakkan syariat Islam saja sudah menolak mentah-mentah, bagaimana mungkin mereka akan memperjuangkan kalimatullah itu. Na'udzubillah min dzalik.

Maka dari itu, marilah kita tengok sejarah umat-umat terdahulu agar kita menyadari betapa keras dan mengerikannya ancaman dan siksaan yang diberikan oleh Allah kepada umat yang durhaka, di dunia maupun di akhirat. Dan sebaliknya, betapa besar nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat yang menaati dan mengikuti petunjuk-Nya. Lebih dari itu, dengan mempelajari dan menghayati kisah-kisah orang terdahulu, baik yang beriman maupun yang durhaka, iman kita menjadi semakin subur dan rasa takut kita akan murka Allah semakin tinggi.

Yang pertama, kita melihat kaum Nabi Nuh a.s. yang mendustakannya. Tentang mereka, Allah berfirman, "Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kaum Nuh, maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan, 'Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman.' Maka dia mengadu kepada Rabnya, 'Bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu tolonglah (aku).' Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan." (Al-Qamar: 12).

Coba kita bayangkan, pintu-pintu langit dibuka sehingga turunlah hujan yang tercurah limpah dengan sangat deras, ditambah lagi Allah menjadikan seluruh permukaan bumi memancarkan air hingga tanah yang gersang sekalipun. Maka, air dari langit bertemu dengan air yang memancar dari bumi hingga akhirnya meninggi setinggi puncak gunung. Habislah apa yang di muka bumi, tenggelam semuanya. Apakah hukuman mereka hanya sebatas itu? Tidak! Allah berfirman, "Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah." (Nuh: 25). Adapun Nabi Nuh a.s. dan orang-orang yang beriman bersama dengannya, mereka diselamatkan oleh Allah.
"Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku. Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai balasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh). Dan sesungguhnya telah Kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran." (Al-Qamar: 13--14).
Itulah sejarah besar yang pernah berlalu di muka bumi ini yang harus kita ambil sebagai pelajaran. Tak ayal, ada sekelompok manusia di bumi ini, yang mungkin karena keingintahuannya terhadap bukti-bukti sejarah, berusaha mencari-cari bangkai kapal Nabi Nuh a.s.

Yang kedua, kaum 'Ad, yaitu kaum Nabi Hud a.s. Mereka adalah kaum yang mampu membangun bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun semisalnya. "Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Rabmu berbuat terhadap kaum 'Aad. (Yaitu) Penduduk Iram yang mempunyai bangunan yang tinggi. Yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain." (Al-Fajr: 6--8). Tetapi, kelebihan yang ada pada mereka itu tidak dapat memberikan manfaat sedikit pun kepada mereka ketika mereka mendustakan Nabi Hud a.s., yang kemudian diazab oleh Allah.
"Kaum 'Ad pun telah mendustakan (pula). Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari naas yang terus-menerus, yang menggelimpangkan manusia seakan-akan mereka pokok kurma yang tumbang. Maka betapakah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku." (Al-Qamar: 18--21). Diterangkan pula dalam surah yang lain, "Adapun kaum 'Ad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus; maka kamu lihat kaum 'Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tanggul-tanggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk)." (Al-Haaqqah: 6-7). Padahal, azab mereka tidak cukup sebatas itu, bahkan azab yang akan mereka terima di akhirat lebih pedih.

Berikutnya adalah kaum nabi Luth a.s, kaum yang padanya terkumpul antara ingkar (kafir) kepada Allah dan Rasul-Nya, dan perbuatan keji yang belum dilakukan oleh kaum yang sebelumnya. Yaitu, mereka menyukai sesama jenis dan meninggalkan istri-istrinya. Perbuatan itu disebut liwath (karena asalnya dari kaum Luth) dan pada zaman sekarang disebut homosek. Pebutan itu sangat terkutuk, suatu perbuatan yang mencerminkan rusaknya fitrah dan kacaunya perikemanusiaan serta hati nurani.

Pada zaman sekarang kaum perempuan ikut-ikutan seperti yang terjadi pada kaum lelaki pada zaman Nabi Luth a.s.: perempuan menyukai perempuan. Perempuan yang demikian disebut lesbian. Di salah satu negeri di Eropa keadan yang demikian sudah begitu membudayanya sehingga muncullah undang-undang yang mengesahkan pernikahan sesama jenis. Na'udzubillah min dzalik. Bukankah ini perbuatan yang sudah benar-benar melanggar aturan Allah dan melampaui batas yang dilakukan dengan terang-terangan?

Lalu, apa yang diganjarkan Allah kepada kaum Nabi Luth a.s. setelah keingkaran dan pembangkangan mereka itu? Sebelum itu, Nabi Luth a.s. tak henti-hentinya mengingatkan kepada mereka untuk bertauhid kepada Allah dan meninggalkan perbuatan kejinya. Tetapi, apakah jawaban mereka? "Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan, 'Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwakan dirinya) bersih'." (An-Naml: 56). Kemudian, setelah itu Allah memberikan keputusan untuk mereka. Allah berfirman, "Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi. Yang diberi tanda oleh Rabmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim." (Hud: 82--83). Dan tentang tamu Nabi Ibrahim, Allah berfirman, "Ibrahim bertanya, 'Apakah urusanmu hai para utusan?' Mereka menjawab, 'Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa (kaum Luth). Agar kami timpakan kepada mereka batu-batu dari tanah yang (keras), yang ditandai di sisi Rabmu untuk (membinasakan) orang-orang yang melampaui batas.' Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang-orang yang berserah diri. Dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut pada siksa yang pedih." (Adz-Dzariyat: 31--37).

Kisah-kisah di atas, dan masih banyak kisah-kisah yang lain, seperti kaum Madyan, kaum Tsamud, Fir'aun, dan lain-lainnya, sangatlah penting untuk kita sebagai ambil pelajaran. Karena, semua itu berkaitan dengan masalah tauhid. Semua kisah tersebut bukanlah kisah yang dibuat-buat tetapi mengandung sesuatu yang sangat besar. Semua kisah tersebut berasal dari Alquran, yang seluruhnya berisi tentang penetapan terhadap tauhid, memurnikan peribadatan hanya untuk Allah semata, atau mengesakan Allah dalam beribadah. Kisah-kisah di atas semuanya bermuatan tauhid, yaitu ketika berbicara tentang umat yang mengingkari seruan tauhid, yang merupakan inti ajaran para rasul. Masalah tauhid, adalah masalah yang sangat asasi dan prinsip. Apabila seseorang keliru dalam masalah tersebut, berarti dia tergelincir ke jurang kesesatan dan kecelakaan yang berkepanjangan. Na'udzubillah min dzalik. Semoga Allah menunjukkan kita jalan yang lurus dan tidak tergelincir seperti kebanyakan orang.

Berkenaan dengan kisah-kisah seperti tersebut di atas, Syekh Utsaimin rhm. mengatakan, "Sesungguhnya, dalam menyikapi kisah-kisah tersebut dan semisalnya, manusia terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama, mereka yang mengetahui dan mengenal Allah beserta tanda-tanda kekuasaan-Nya yang terjadi, kemudian mereka mengambil pelajaran dari kejadian yang dialami orang-orang yang telah lalu, hingga mereka kembali kepada Allah, takut, sangat takut apabila mereka tertimpa apa yang telah menimpa orang-orang terdahulu. 'Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu.' (Muhammad: 10). Adapun kelompok kedua, kelompok yang jahil (bodoh) dan tidak mengenal Allah, hati mereka kosong dari keimanan dan keras karena kedurhakaan mereka. Mereka berkata, 'Sesungguhnya kejadian-kejadian itu adalah alamiah.' Sehingga, mereka tidak memperhatikannya dan tidak melihat akibat yang datang dari Allah, yaitu akibat bagi orang-orang yang mendustakan Allah dan para rasul-Nya. Kita memohon kepada Allah dengan ayat-ayatnya, dan dengan asma-asma dan sifat-sifat-Nya, agar menjadikan kita sebagai orang yang mampu mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan-Nya, dan takut akan ancaman dan siksa-Nya. Dan semoga Allah melimpahkan kasih sayang-Nya kepada kita, sesungguhnya Dia Maha Pemberi."

Demikianlah, hendaknya kita bisa mengambil pelajaran dari uraian di atas, yang akan menambah rasa takut kepada Allah apabila ditimpakan kepada kita apa-apa yang telah ditimpakan terhadap umat-umat terdahulu, mengingat keadaan manusia dewasa ini yang sudah jauh melampaui batas. Dan, jangan sampai kita merasa aman dari makar Allah. Semoga Allah senantiasa memberikan perlindungan-Nya kepada kita. Amin. (Zen Muhammad Yusuf).
Al-Islam, Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Mengenal Akhlak Orang Yahudi


Mengenal Akhlak Orang Yahudi

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas akhlak orang Yahudi sebagaimana disebutkan dalam Alquran. Ketahuilah bahwa orang Yahudi itu memiliki sejumlah akhlak yang tercela dan perilaku merusak yang tidak didapatkan pada umat yang lainnya. Uniknya, akhlak buruk dan perilaku rusak ini tidak terwujud pada sebuah kelompok atau generasi tertentu saja tetapi pada seluruhnya, di mana pun dan kapan pun mereka berada, seakan ini sudah menjadi trade mark atau bawaan mereka. Seluruh orang Yahudi--kecuali para nabi, kaum mukminin, dan orang saleh dari Bani Israel--adalah perwujudan dari sosok manusia yang penuh dengan akhlak buruk dan perilaku rusak.
Di antara keburukan akhlak itu, sebagaimana disebutkan Alquran, adalah berbohong. Allah SWT berfirman yang artinya, "Di antara Ahli Kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu, kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan, 'Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi.' Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui." (Ali Imran: 75).

"Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya dengan membaca Al-Kitab, supaya kamu menyangka apa yang dibacanya itu sebagian dari Al-Kitab, padahal ia bukan dari Al-Kitab dan mereka mengatakan, 'Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah,' padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahui." (Ali Imran: 78).

Kehidupan keagamaan orang Yahudi penuh dengan kebohongan. Di samping itu, mereka juga berbohong kepada musuh, teman, sekutu, dan penentangnya. Uniknya, kebohongan ini telah mereka jadikan sebagai akidah, ibadah, dan upaya mendekatkan diri kepada Tuhannya. Dalam ayat lain Allah SWT berfirman, "Mereka mendengarkan kedustaan dan memakan yang haram."

Kalau ayat di atas sudah menjelaskan dengan gamblang kedustaan mereka, masih adakah tempat untuk mempercayai dan membenarkan mereka? Apabila kita mengatakan bahwa mereka benar, sekali saja, ini artinya bahwa kita mendustakan nas Alquran, dan ini adalah perkara yang sangat berbahaya. Na'udzu billah min dzaalik.

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Akhlak buruk lain dari orang Yahudi adalah berkhianat. Allah berfirman, "(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), ...." (Al-Maidah: 13).

Sebagian orang yang lurus kemudian tertipu dengan janji orang Yahudi. Mereka mengira orang Yahudi telah menjadi lurus dan menghilangkan sifat khianatnya. Tetapi, ayat di atas kemudian mengingatkan agar mereka membuka mata, " … kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka ...." (Al-Maidah: 13).

Di samping berkhianat, orang Yahudi juga merusak perjanjian. Tidak ada umat di dunia ini yang begitu meremehkan dan tidak komitmen terhadap perjanjian kecuali orang Yahudi. Berikut beberapa contoh dari pengrusakan Yahudi terhadap perjanjian. Allah SWT berfirman, "Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): 'Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat.' Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu (yaitu): 'Kamu tidak akan menumpahkan darahmu (membunuh orang), dan kamu tidak akan mengusir dirimu (saudaramu sebangsa) dari kampung halamanmu, kemudian kamu berikrar (akan memenuhi) sedang kamu mempersaksikannya.' Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu-membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebagian dari al-kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? ...." (Al-Baqarah: 83--85).

"Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat Gunung (Thursina) di atasmu (seraya kami berfirman): 'Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya agar kamu bertakwa.' Kemudian kamu berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya atasmu, niscaya kamu tergolong orang yang rugi." (Al-Baqarah: 63--64).

Dan, masih ada beberapa ayat lain yang juga berbicara tentang pengrusakan Yahudi terhadap perjanjian. Kesimpulannya, orang Yahudi adalah bangsa yang memiliki sejarah hitam sebagai perusak perjanjian.

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Akhlak buruk lain dari orang Yahudi adalah membuat tipu daya terhadap hukum Allah. Bagaimana bentuk tipu daya mereka ini, marilah kita lihat dalam Alquran.

Allah SWT berfirman, "Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan segala binatang yang berkuku; dan dari sapi dan domba, Kami haramkan atas mereka lemak dari kedua binatang itu, selain lemak yang melekat di punggung keduanya atau yang diperut besar dan usus atau yang bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami hukum mereka disebabkan kedurhakaan mereka; dan sesungguhnya Kami adalah Maha Benar." (Al-An'am: 146).

Dalam ayat di atas terlihat bahwa Allah mengharamkan lemak untuk orang Yahudi. Tetapi dasar orang Yahudi, mereka kemudian mencari akal. Maka, lemak itu kemudian dicairkannya, setelah itu dijual dan keuntungannya diambil. Karena perilakunya ini, Allah melaknat mereka, sebagaimana sabda Rasulullah saw., "Allah melaknat Yahudi diharamkan bagi mereka lemak, lalu mereka menjual dan memakan harganya."

Contoh lain adalah ketika mereka dilarang Allah berburu pada hari Sabtu. Mereka kemudian mengakalinya dengan menaruh jala dan jaringnya pada hari Sabtu dan baru mengambilnya pada hari Ahad. Allah SWT berfirman yang artinya, "Dan, tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik. Dan, (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: 'Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab dengan azab yang amat keras.' 'Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Rabmu, dan supaya mereka bertakwa.' Maka, tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik." (Al-A'raaf: 163--165). Dan, masih ada beberapa bentuk tipu daya dari orang Yahudi.

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Akhlak buruk lain dari orang Yahudi adalah memperolok-olok dan menghina Islam, baik nilai maupun syiarnya. Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kemu mengambil menjadi pemimpinmu orang-orang yang membuat agamamu menjadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan, bertawakkallah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman." (Al-Maaidah: 57).

Orang Yahudi juga memiliki sifat bakhil terhadap harta dan tamak untuk mengumpulkannya. Allah SWT berfirman, "Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan, kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan, Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Ali Imran: 180).

"Ataukah ada bagi mereka bahagian dari kerajaan (kekuasaan). Kendatipun ada, mereka tidak akan memberikan sedikit pun (kebajikan) kepada manusia." (An-Nisaa': 53).

Di samping itu, orang Yahudi juga memiliki sifat membuat kerusakan di bumi. Ini adalah sifat buruk mereka yang terbesar dan terkenal. Sifat merusak ini sudah terlihat sejak mereka bersama Nabi Musa a.s. Di antara mereka adalah Qarun, yaitu orang yang menjadikan harta dan ilmu yang diberikan Allah kepadanya sebagai alat dan sarana untuk membuat kerusakan di muka bumi. Allah SWT berfirman, "Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (Al-Qashash: 77).

Nabi Musa a.s. yang cukup lama hidup dengan mereka tahu betul sifat orang-orang Yahudi ini, karena itu Nabi Musa tak jemu-jemunya mengingatkan mereka agar tidak berbuat kerusakan. "Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan." (Al-Baqarah: 60).

"Dan, telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: 'Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar'." (Al-Isra': 4).

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Itulah di antara sifat Yahudi yang mesti kita waspadai. Sebagai penghujung kata, berikut ini adalah beberapa laknat yang diberikan Allah kepada orang Yahudi karena perilakunya itu.

"(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan kami jadikan hati mereka keras membatu ...." (Al-Maidah: 13).

"Katakanlah: 'Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik ) itu di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi (dan orang yang) menyembah Taghut.' Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus." (Al-Maidah: 60).

"Orang-orang Yahudi berkata: 'Tangan Allah terbelenggu,' sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu ...." (Al-Maidah: 64).

"Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas." (Al-Maidah: 78).

Kalau Allah sudah melaknat, tentunya kita juga ikut melaknat. Wallahu a'lam.

Al-Islam, Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia