PROFIL IMAM MASJID
Peran dan fungsi imam masjid yang sedemikian strategis dengan
tugas-tugasnya yang amat penting membuat seorang imam harus memenuhi profil
ideal. Tapi karena imam masjid kita umumnya baru sebatas bisa memimpin shalat
berjamaah, maka tugas imampun baru sebatas itu. Kedudukannyapun akhirnya berada
di bawah pengurus masjid, bahkan tidak sedikit yang hanya menjadi pegawai
masjid yang sewaktu-waktu bisa diberhentikan oleh pengurus masjid. Oleh karena
itu, ada beberapa sifat yang harus dimiliki oleh imam masjid.
RABBANI
Melaksanakan
tugas-tugas imam merupakan upaya mewujudkan masyarakat yang rabbani, yakni masyarakat yang sikap dan
prilakunya disesuaikan dengan nilai-nilai yang datang dari Allah sebagai rabb (tuhan). Harapan Allah agar manusia
menjadi orang yang rabbani tergambar dalam firman-Nya yang artinya: Tidak wajar
bagi manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu
dia berkata kepada manusia: “Hendaklah
kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah,” Akan tetapi (dia
berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu
mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya” (QS 3:79).
Karena itu,
nilai-nilai yang rabbani harus terlebih dahulu terwujud dalam diri seorang imam
agar tidak terjadi kontradiksi antara pelaksanaan tugas yang dilakukan dengan
sikap dan prilakunya sehari-hari, karena hal itu justeru akan mendatangkan
kemurkaan dari Allah Swt, Allah berfirman yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, mengapa
kamu katakan apa yang tidak kamu kerjakan, amat besar kemurkaan disisi
Allah.kepada orang yang mengatakan apa yang tidak dikerjakannya (QS 61:2-3).
IKHLAS
Dalam setiap
amal, keikhlasan merupakan modal penting. Sebanyak dan sebesar apapun amal
seseorang bila tanpa keikhlasan tidak ada nilai apa-apanya di sisi Allah Swt.
Dengan keikhlasan, tugas-tugas yang berat akan terasa menjadi ringan, sementara
tanpa itu, jangankan yang berat, yang ringan saja terasa menjadi berat. Bila
fungsi imam hendak diwujudkan secara ideal, maka tugas imam menjadi terasa
berat dan keikhlasan menjadi amat penting. Disamping itu, keikhlasan juga
membuat seorang imam tidak bermaksud memperoleh keuntungan materi meskipun
mungkin saja dia mendapatkan imbalan materi dengan sebab waktunya yang habis
digunakan untuk kepentingan masjid sehingga dia tidak sempat lagi mencari
kehidupan duniawi. Allah Swt berfirman yang artinya: Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadanya dalam (menjalankan) agama
dengan lurus (QS 98:5)
SHABAR
Kesabaran yang
merupakan wujud dari menahan diri dari sikap dan prilaku emosional merupakan
sesuatu yang amat diperlukan oleh seorang imam, apalagi tugas imam dalam
menghadapi jamaah yang banyak dengan sikap dan prilaku yang beragam. Keshabaran
Rasulullah Saw sebagai imam masjid membuat orang badui yang kencing di dalam
masjid tidak dimarahinya secara emosional, karena memang orang itu tidak
mengerti aturan, tapi justeru beliau mengarahkan dimana seharusnya seseorang
membuang kotoran di lingkungan masjid itu. Begitu juga dengan sikapnya yang
tetap lemah lembut dalam menghadapi anak-anak meskipun mereka agak “mengganggu”
ketenangan beribadah, karena mereka harus menjadi orang yang senang berada di
masjid untuk melaksanakan kegiatan yang positif. Allah Swt berfirman yang
artinya: Maka disebabkan
rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu (QS 3:159).
ADIL DAN BIJAKSANA
Tidak sedikit
masjid yang menjadi lahan rebutan bagi kelompok-kelompok tertentu dalam
masyarakat atau jamaahnya untuk menguasai guna mengembangkan pendapat dan
pahamnya masing-masing, disamping itu terjadi juga konflik antara yang tua
dengan yang muda, bahkan konflik kepentingan politik. Karena itu, imam harus
bertindak adil dan bijaksana dalam menyikapi perbedaan kelompok dan berbagai
kepentingan sehingga bisa mengarahkan masjid pada fungsi yang sebenar-benarnya
yang salah satunya adalah sebagai pusat untuk memperkokoh ukhuwah Islamiyah,
dari sini diharapkan terwujud sikap saling hormat menghormati dan menghargai
perbedaan pendapat.
Selama jamaah
memiliki maksud baik, dilakukan dengan cara-cara yang baik, maka seorang imam
selalu berusaha menjembatani hubungan antar kelompok-kelompok dalam masyarakat,
hal ini karena memecah-belah umat melalui masjid merupakan cara-cara yang
dilakukan oleh orang-orang munafik, Allah Swt berfirman yang artinya: Dan (diantara orang-orang munafik itu)
ada orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada
orang-orang mu’min) dan karena kekafiran (nya), dan untuk memecah-belah antara
orang-orang mu’min serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi
Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah: “Kami tidak
menghendaki selain kebaikan”. Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka
itu adalah pendusta (dalam sumpahnya)” (QS 9:107).
JUJUR
Salah satu pilar penting yang harus tegak dalam kehidupan masyarakat
Islam adalah kejujuran. Namun hal ini harus kita sadari sebagai sesuatu yang
tidak terwujud dengan sendirinya, diperlukan proses yang sungguh-sungguh,
karena itu imam masjid sangat dituntut untuk memiliki sifat jujur. Apabila
seorang imam telah memiliki sifat jujur, maka apa yang menjadi pesan dan
programnya diwujudkan juga dalam kehidupannya sehari-hari.
BERILMU
Dalam mengurus
apapun, ilmu yang banyak dan wawasan yang luas amat diperlukan, apalagi dalam
kapasitas sebagain imam yang harus memimpin dan membimbing masyarakat. Ilmu
keislaman merupakan sesuatu yang mutlak untuk dipahami dan dikuasai dengan baik
sehingga seorang imam tidak bingung dalam menyikapi, menanggapi dan menjawab
masalah-masalah yang terkait dengan bidang keagamaan atau keislaman. Wawasan
kontemporer atau masalah kekinian yang berkembang juga amat perlu untuk
dipahami oleh seorang imam, karena dengan demikian, persoalan yang berkembang
itu bisa disikapi tanpa harus melanggar nilai-nilai Islam bahkan justeru
nilai-nilai Islam bisa memberi arah yang positif. Keharusan memiliki ilmu yang
banyak dan wawasan yang luas juga adalah karena seorang imam tidak boleh
sembarangan bertindak karena akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah
Swt kelak, Allah Swt berfirman yang artinya:
Dan Janganlah
kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya (QS
17:36)
MENGUASAI
KONSEP MANAJEMEN MASJID
Terwujudnya masjid yang makmur dan ideal merupakan tanggung jawab umat
Islam secara bersama-sama, baik pengurus, imam maupun jamaah secara
keseluruhan. Imam masjid punya peran yang sangat penting dalam upaya ini,
karena itu, imam masjid seharusnya memahami dan menguasai konsep manajemen
masjid sehingga dengan demikian ia bisa mengarahkan langkah pemakmuran masjid
sebagaimana mestinya. Tanpa pemahaman terhadap konsep manajemen masjid akan
membuat seorang imam tidak bisa melaksanakan tugas sebagaimana mestinya, dia
tidak mengarahkan jamaah apalagi mengarahkan pengurus masjid dalam upaya
memaksimalkan fungsi masjid. Keharusan seorang imam memahami konsep manajemen
masjid bisa kita rujuk pada firman Allah pada surat 17:36 di atas.
MEMAHAMI JIWA JAMAAH
Imam masjid idealnya memahami jiwa jamaahnya yang beragam, baik beragam
dari segi suku, paham keagamaan, latar belakang pendidikan, jenis kelamin,
pekerjaan, usia dan sebagainya. Memahami jiwa jamaah ini akan membuat seorang
imam bersikap dan bertindak yang bijaksana sehingga jamaahnya tetap mau aktif
di masjid dalam upaya memakmurkannya, bukan malah menjauh dari masjid yang
membuat masjidnya menjadi tidak makmur. Ketika Rasulullah Saw didatangi oleh
seorang pemuda yang meminta dibolehkan melakukan perzinahan, para sahabat
sangat marah pada pemuda itu, tapi Rasulullah Saw mencegah kemarahan sahabat
agar tidak sampai pada tindakan yang bersifat fisik. Rasulullah justeru
bertanya kepada pitu: “Bagaimana perasaanmu bila ibu atau saudara perempuanmu
dizinahi orang lain?”. Maka pemuda itupun menunjukkan ketidaksukaannya.
Rasulullah kemudian bersabda: “Begitu pula halnya dengan saudara laki-laki atau
bapak dari wanita yang akan engkau zinahi, dia tentu akan marah kepadamu”.
TANGGAP
Imam masjid juga sangat dituntut untuk bersikap tanggap terhadap
berbagai persoalan dan kejadian, baik di masjid maupun di lingkungan jamaahnya.
Kalau mendengar apalagi mengetahui ada jamaah yang sakit atau menderita, maka
imam masjid tanggap untuk menggerakkan pengurus dan jamaah guna memberikan
pertolongan. Ketika ada jamaah yang nampak punya persoalan yang harus dibantu
pemecahannya, maka imam masjid tanggap untuk melakukan pemecahan masalah jamaah
masjid dan begitulah seterusnya. Rasulullah Saw memang sangat tanggap dalam
menyikapi persoalan-persoalan jamaahnya.
SEJUK DAN BERWIBAWA
Dalam kehidupan
masyarakat kita sekarang, sangat dibutuhkan adanya pemimpin dan pengayom
masyarakat yang sejuk pembawaannya sehingga masyarakat memiliki kedekatan hubungan
tanpa mengabaikan kewibawaan. Imam masjid idealnya memiliki sifat ini sehingga
pendapat, kata-kata dan kebijakannya dipatuhi oleh jamaah karena mengandung
nilai-nilai yang benar, bukan karena takut kepada pemimpin. Imam masjid
memiliki kewibawaan karena kebenaran dan keshalehannya.
Sebagai seorang
imam masjid, apa yang menjadi fatwa dari Rasulullah Saw selalu didengar dan
dipatuhi. Ketika seorang sahabat Abdullah bin Ummi Maktum yang buta matanya
minta keringanan agar dimaklumi atau dibolehkan untuk shalat di rumah, maka
Rasulullah Saw menanyakan kepadanya : “apakah engkau mendengar azan?”. Karena
jawabannya “ya”, maka Rasulullah tetap menekankan kepadanya untuk datang ke
masjid guna menunaikan shalat berjamaah, dan Abdullah-pun terus mendatangi masjid
guna pelaksanaan shalat berjamaah.
Demikian secara umum profil imam masjid yang perlu ditumbuhkan dan
diperkokoh agar kelak imam-imam masjid kita menjadi imam yang ideal. Manakala
kualitas imam tidak ditingkatkan, maka peran yang bisa dilaksanakannyapun
akhirnya hanya sebatas memimpin shalat berjamaah.
Drs. H. Ahmad Yani
0 komentar:
Posting Komentar