daftar pengunjung

Rabu, 11 April 2012

Mengubah Diri sebelum Digantikan Allah dengan Kaum yang Lain


Mengubah Diri sebelum Digantikan Allah dengan Kaum yang Lain

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Pada kesempatan kali ini kita akan membicarkan perubahan diri dan ini akan terbagi menjadi tiga bahasan. Pertama, orang yang murtad, kedua langkah yang harus dilakukan agar kita tidak diubah Allah, ketiga kepada siapa wala (loyalitas) kita berikan.
Marilah kita bahas satu per satu, pertama orang murtad. Allah SWT berfirman yang artinya, "Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kalian yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya." (Al-Maaidah: 54).

Allah SWT berfirman, mengabarkan kekuasaan-Nya yang Maha Agung, bahwasanya barang siapa yang berpaling dari membela agama-Nya dan menegakkan syariat-Nya, maka Allah akan menggantinya dengan orang yang lebih baik, lebih kuat, dan lebih lurus jalannya. Sebagaimana Allah SWT berfirman yang artinya, "Dan, jika kamu berpaling niscaya Allah akan mengganti(mu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini)." (Muhammad: 38).

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Taatilah Allah dan tolonglah agama Allah, bila kita tidak melakukannya kita akan digantikan dengan kaum yang lain.

Wahai kaum muslimin, hari ini persoalan sangat berbahaya, kerusakan tersebar di mana-mana, kerusakan wanita, kerusakan orang tua dan pemuda. Dan, bila wanita dan pemuda telah rusak, tunggulah kehancurannya.

Musuh-musuh Islam siang dan malam tidak bosan-bosan berupaya menghancurkan Islam. Serigala itu siap memangsa, sementara kita masih tertidur pulas.

Di manakah kalian, wahai, para pemuda? Di manakan kalian, wahai, para dai? Mana dakwah kalian? Mana aktivitas kalian? Di mana kontribusi kalian di realitas hari ini?

Seorang wanita Yahudi telah berupaya membunuh nabi dengan racun, padahal tidak seorang pun tentara bersenjata melakukannya.

"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun kepada mereka." (Al-Hadiid: 16).

Wahai kaum muslimin, perhatikanlah sesungguhnya kita hidup dalam tahapan yang berbahaya, karena itu kami membutuhkan kalian wahai para pemuda, kami membutuhkan segala upaya yang dikerahkan untuk menjaga dan membela Islam. Dan, semoga Allah memberikan taufik-Nya kepada kita untuk senantiasa menaati dan menolong agama-Nya, serta tidak menggantikan kita dengan yang lainnya.

"Dan jika kamu berpaling niscaya Allah akan mengganti(mu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini)." (Muhammad: 38).

"Jika Allah menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu wahai manusia, dan Dia datangkan umat yang lain (sebagai penggantimu) ...." (An-Nisaa': 133).

"Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru, dan yang demikian itu sekali-kali tidak sukar bagi Allah." (Ibrahim: 19--20).

Kedua, langkah apa yang harus dilakukan agar tidak diganti Allah?

Siapa saja yang berpaling dari ketaatan kepada Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya, Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik darinya. Allah akan menggantikan dengan kaum karena sifat mereka, "Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai Allah." Sesungguhnya kecintaan Allah adalah nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada hamba-Nya.

Di samping itu, mereka juga "Bersikap lembut terhadap orang-orang mukmin, bersikap keras terhadap orang-orang kafir."

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Hari ini kita sangat membutuhkan kepada akhlak, akhlak muslim yaitu bersikap lemah lembut kepada sesama muslim.

Di manakah sekarang orang yang bersikap tawadu kepada saudaranya sesama muslim? Di manakah orang yang memaafkan saudaranya ketika ia salah? Di manakah orang yang bersikap merendah dan menyenangkan kepada saudaranya, meskipun ia bepaling?

Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami akhlak yang baik, tiada yang dapat menunjukkannya kecuali hanya Engkau. Dan, jauhkanlah kami dari akhlak yang buruk, tiada yang dapat menjauhkannya kecuali hanya Engkau.

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Sifat lain mereka, dan ini yang terbesar, adalah berjihad di jalan Allah dan tidak takut celaan orang yang mencela.

Artinya, ketaatan mereka kepada Allah, penegakan mereka atas hukum-hukum-Nya, pembunuhan mereka atas musuh-musuh-Nya dan amar makruf dan nahi mungkar yang mereka lakukan tidak tergeser dan terhenti karena celaan orang-orang yang mencela atau halangan orang-orang yang menghalangi.

Sesungguhnya kelemahan hati adalah kelemahan himmah (cita-cita, semangat, kemauan) yang apabila ada orang yang mencela, ia berhenti. Apabila ada yang mencela dan menghina, kekuatannya terurai.

Adalah sebuah keharusan bagi kaum muslimin secara umum dan para dai dan ulama secara khusus untuk mengatakan yang hak, meskipun itu pahit. Dan, jihad yang paling besar adalah kalimat hak di depan penguasa yang zalim.

Imam Ahmad mengatakan, dari Abi Said al-Khudri berkata, Rasulullah saw. bersabda, yang artinya, "Ketahuilah janganlah ketakutan manusia mencegah kalian untuk mengatakan yang hak, bila ia melihatnya atau menyaksikannya. Karena, sesungguhnya ia tidak mendekatakan ajal dan tidak pula menjauhkan rezeki untuk mengatakan yang hak atau menyebutkan dengan sesuatu yang besar."

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Ayat di atas kemudian diakhiri dengan, "Itulah karunia Allah, diberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Al-Maaidah: 54).

Artinya, siapa yang menyifati dirinya dengan sifat sebagaimana tersebut di atas, sesungguhnya itu adalah karunia dari Allah dan taufik-Nya.

Alangkah indahya kalimat ini. Manakala Allah memuji mereka dengan sifat yang diberikan kepada mereka. Dia memberitahukan bahwa itu adalah dari karunia dan kebaikan-Nya kepada mereka. Untuk apa? Agar mereka tidak kagum dan bangga kepada diri sendiri (ujub). Sudah berapa banyak orang hancur karena penyakit ujub ini. Allah menganugerahkan kepada mereka agar bersyukur kepada Rabnya dan agar Rabnya menambahkan karunia-Nya dan agar yang lain tahu bahwa karunia Allah tidak tertutup atasnya.

Ketiga, kepada siapakah wala (loyalitas) diberikan?
Dalam ayat selanjutnya, Allah SWT berfirman yang artinya, "Sesungguhnya penolong (wali) kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan salat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk kepada Allah." (Al-Maaidah: 55).

Wali Allah diketahui dengan iman dan takwa. Siapa pun yang beriman dan bertakwa, ia adalah wali Allah.

Ayat di atas menjelaskan, termasuk bagian dari memberikan wala kepada Allah dan Rasul-Nya adalah berwali kepada orang-orang mukmin yang menegakkan salat, menunaikan zakat dan mereka tunduk kepada Allah.

Ayat di atas menggunakan kata innama. Innama adalah huruf pembatas, yang menunjukkan kepada keharusan untuk membatasi perwalian hanya kepada orang yang berwali kepada Allah dan rasul-Nya serta berlepas diri dari selain mereka.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permaianan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik) dan bertakwalah kepada Allah jika kalian benar-benar orang yang beriman." (Al-Maaidah: 57).

Wahai orang yang berakal, bagaimanakah kalian bisa mengambil pemimpinmu itu orang-orang yang mengejek agama kalian? Bagaimana kalian bisa menjadikan orang yang memusuhi Islam dan memeranginya sebagai wali (penolong) kalian? Apakah kalian telah mendapatkan buah dari perwalian kalian yang dibenci ini? Sungguh meskipun kalian mendapatkannya kalian telah berdosa, karena menyelisihi perintah Allah.

Jadi, kemenagan dan keberhasilan bukanlah di tangan thaghut Amerika (Bush) ataupun thaghut Yahudi (Sharon), tetapi kemenangan itu di tangan Allah. Ketahuilah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat. Dekat terhadap orang-orang mukmin dan muttaqin yang berwali kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Ya Allah, baikkanlah akhir hayat kami dan jadikanlah sebaik-baik hari kami adalah hari berjumpa dengan-Mu. Amin. Wallahu a'lam.

Al-Islam, Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

5 komentar: