Panduan
Untuk Musafir
Ditengah-tengah kesibukan
Anda menyiapkan tas travel dan koper dengan segenap perbekalan dan perlengkapan
cobalah sisihkan sedikit waktu untuk merenung sejenak; Apa niat dan tujuan
kepergian Anda? Jika niat kepergian Anda adalah baik maka kabar gembira untuk
Anda dengan sabda Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam , artinya: "Barangsiapa yang berkeinginan untuk
melakukan suatu kebaikan namun belum sempat menunaikannya maka Allah mencatat
untuknya satu kebaikan yang utuh." (HR Al Bukhari). Jikalau yang Anda
niatkan bukan kebaikan maka hendaknya hati-hati dan waspada, karena Nabi telah
menjelaskan bahwa dunia ini untuk empat golongan orang:
Pertama,
hamba
yang diberi oleh Allah harta dan ilmu lalu ia berhati-hati dan bertakwa kepada
Rabbnya, menyambung silatur rahim dan ia tahu bahwa Allah memiliki hak atasnya,
dan inilah kedudukan termulia seorang hamba.
Kedua,
hamba
yang diberi oleh Allah ilmu namun tidak mendapat limpahan rizki, namun ia punya
niat yang benar dengan mengatakan: "Jika Allah memberiku harta maka akan
kugunakan untuk amal kebaikan sebagaimana si fulan, maka ia mendapat pahala
sebagaimana orang yang pertama.
Ketiga,
hamba
yang diberi limpahan rizki oleh Allah tetapi ia tidak mendapatkan ilmu sehingga
ia menghabiskan hartanya dengan tanpa ilmu dan tidak bertakwa kepada Rabbnya,
tidak mau menyambung silatur rahim dan tidak tahu bahwa Allah memiliki hak atas
hartanya, maka inilah kedudukan terburuk seorang hamba.
Keempat,
hamba
yang tidak diberi oleh Allah harta maupun ilmu, ia mengatakan: "Andaikan
aku kaya seperti si fulan maka aku akan (berfoya-foya) seperti yang ia
kerjakan, sedangkan dia tetap dalam niatnya maka dosa keduanya adalah sama.
Jenis-jenis
safar
Bepergian atau safar ada
tiga macam:
1.
Safar yang terpuji, bisa jadi ia adalah wajib
seperti pergi haji bagi yang mampu, belajar menuntut ilmu, keluar dari negeri
kafir menuju negeri muslim dan lain-lain. Mungkin juga ia adalah mustahab
(dianjurkan) seperti mengunjungi kerabat dan orang alim atau sesuatu yang mubah
seperti untuk urusan kerja agar kebutuhannya tercukupi.
2.
Safar yang dibenci (makruh), seperti keluar dari
suatu negeri yang sedang terserang wabah.
3.
Safar yang tercela dan dilarang seperti pergi dalam
rangka mendurhakai orang tua atau bepergian untuk tujuan jahat dan kerusakan.
Ada seorang alim
ditanya tentang safar yang paling utama, maka beliau menjawab: "Yaitu yang
paling membantu dalam urusan agama (ketaatan). "
Siapa teman Anda
dalam safar?
Sendirian dalam
safar merupakan perkara yang tercela dan dibenci, karena hal itu berbahaya
untuk urusan agama maupun dunia seperti terhalang-nya untuk shalat berjama'ah,
munculnya perasaan gelisah dan kesal, kemung-kinan marabahaya, dan rasa sepi
karena tanpa teman.
Dalam hal memilih
teman Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah memberikan gambaran yang jelas
yaitu dengan sabdanya, yang artinya: "Perumpamaan
teman duduk yang baik dan yang buruk diumpamakan seperti penjual minyak wangi
dengan peniup pande besi. "(Muttafaq alaih)
Dalam hadits yang
lain Rasulullah juga pernah bersabda, artinya: "Sese-orang sangat bergantung erat dengan kondisi agama temannya,
maka hendaknya salah seorang dari kamu melihat dengan siapa ia berteman. "(HR
At Tirmidzi dengan menyatakan hasan hadits ini).
Dengan memegang
erat nasehat Nabi ini diharapkan kita tidak termasuk golongan orang yang
menyesal kelak dihari kiamat gara-gara salah memilih teman, ia mengatakan :
"Wahai sungguh celaka aku, kalau saja aku dulu tidak menjadikan si fulan
sebagai sahabatku tentu nasibku tak akan begini. "
Safar ke negara kafir
Safar melancong
ke negara kafir menurut Syaikh Abdur Rahman Al Jibrin jika tujuannya hanya
sekedar tamasya dan wisata merupakan hal yang dibenci agama dan tidak
sepantasnya dilakukan karena sangat banyaknya fitnah dan bahaya. Sedangkan jika
untuk tujuan dakwah, taklim, menyebarkan agama dan nasehat merupakan perkara
mustahab (disukai dan dianjurkan) dan pelakunya akan memperoleh pahala karena
telah menampakkan syi'ar Islam dan ketinggiannya. Adapun untuk urusan
perdagangan dan bisnis maka ia mubah dengan syarat mampu memperlihatkan
identitas keislamannya, berpegang teguh dengan ajaran Islam. Jika tidak mampu
komitmen dengan ketentuan tersebut bahkan terbawa arus seperti mengikuti adat
dan mode kafirin, meninggalkan shalat jama'ah dan adzan (padahal rombongan),
mencukur jenggot dan terkesan rela terhadap kekufuran, kemusyrikan maupun
kemungkaran karena ketidakberdayaan, maka yang demikian hukumnya menjadi haram
walaupun untuk tujuan berdagang.
Tak henti-hentinya orang
kafir memasang iklan, menyebar pamflet dan brosur mempropagandakan agar kaum
muslimin dan putra-putrinya melancong ke negeri mereka entah itu dengan alasan
studi maupun sekedar untuk mengisi liburan. Diantara tujuan mereka yang
terpenting dari program ini adalah:
1.
Untuk menyelewengkan dan menyesatkan remaja kaum
muslimin.
2.
Merusak moral dan menjerumuskan mereka ke dalam
kehinaan denga cara menyediakan sarana dan media yang merusak yang bisa
diperoleh dengan mudah di sembarang tempat.
3.
Menanamkan keraguan dalam bidang akidah dan
keimanan.
4.
Menanamkan jiwa kagum terhadap penampilam kaum
kafir.
5.
Mendorong orang Islam agar mayoritas tingkah lakunya
mengikuti budaya kafir dan adat mereka yang buruk.
6.
Membiasakan untuk tidak konsisten dengan nilai-nilai
Islam, tidak mau memperhatikan adab dan perintah - perintah agama.
7.
Mengkader para pemuda muslim agar menjadi corong
untuk mempropagandakan negeri mereka yang kafir, sehingga setelah kembali dari
peran-tauan atau bepergian jadilah orang yang kenyang dengan pemikiran kafir,
adat kebiasaan mereka, sistim kerja dan bisnis mereka.
Tempat tempat yang seharusnya dihindari
Jangan sampai kita memasuki
tempat-tempat yang dapat menyeret kepada perbuatan dosa seperti: Pentas Musik
dan sejenisnya, tempat yang terjadi ikhtilat (campur baur bebas pria wanita),
diskotik pub dan semisalnya serta bioskop-bioskop juga tempat kemaksiatan lain
secara umum.
Cobalah kita tanya diri kita
tentang tempat-tempat tersebut:
·
Adakah didalam tempat-tempat tersebut wajah-wajah
sejuk dan indah yang dapat mengingatkan kita kepada Allah?
·
Apakah kita senang jika kematian menjemput sedangkan
kita berada dalam tempat tersebut?Bukankah banyak tempat maksiat yang mendadak
terbakar dan menelan korban, terjadi ribut dan perkelahian dan sebagainya?
·
Apakah jika anak-anak kita memasukinya dia disana
akan belajar birul walidain dan adab kepada orang tua?
·
Apakah ditempat-tampat tersebut diajarkan keluhuran
budi dan akhlak yang baik?
·
Apakah kita senang jika dalam lembaran amal kita
tertulis bahwa dulu semasa didunia kita sering memasuki tempat-tempat itu?
Jangan lupa bahwa dikanan
kiri kita ada malaikat yang mencatat seluruh amal perbuatan yang kita lakukan.
Petunjuk
Penting
1.
Sebaiknya melakukan istikharah ketika akan
menetapkan jenis safar.
2.
Jika telah memperoleh kemantapan hendaknya dimulai
dengan taubat dan menjauhi bentuk-bentuk kezhaliman terhadap sesama makhluk.
Jika punya hutang sebaiknya dilunasi dulu, jika belum sempat hendaknya minta
izin kepada pihak yang kita hutangi.
3.
Hendaknya minta izin dan doa restu orang tua.
4.
Disunnahkan untuk bersama-sama dengan teman yang
lain dan jika bisa lebih dari tiga orang.
Diantara
ciri-ciri safar Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam :
·
Safar beliau berkisar pada empat hal; untuk hijrah,
jihad (dan ini yang terbanyak), untuk umrah dan untuk haji.
·
Nabi biasa keluar rumah hari Kamis diawal waktu
siang.
·
Berdoa ketika naik kendaraan, bertakbir ketika
menaikai tanjakan atau bukit, bertasbih ketika menuruni lembah.
·
Bersegera kembali kepada keluarga-nya jika keperluan
telah selesai, tidak mengagetkan (membangunkan) mereka ketika pulang waktu
malam.
·
Mengqashar (meringkas) shalat yang empat rakaat, dan
berbuka ketika safar dibulan Ramadhan.
Mari
Bandingkan
Mari bandingkan keadaan kita
dengan mereka yang pergi ke kamp-kamp pengungsian untuk memberi bantuan kepada
para pengungsi, mencurahkan perhatian dan waktunya untuk membantu saudaranya
dalam rangka mencari ridha Allah dan memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada
kaum muslimin.
Mari ukur diri kita dengan
para relawan yang yang mendatangi negeri-negeri yang sedang dilanda kelaparan
lalu ia sumbangkan sebagian hartanya dijalan Allah untuk membantu mengisi
kekosongan perut saudaranya.
Bandingkan juga dengan
mereka yang pergi dalam rangka dakwah menyeru umat kejalan Allah, menyebarkan
ilmu, menumpas kebodohan dengan segenap kemampuan, memberantas kesyirikan dan
kesesatan. Alangkah beruntungnya jika kita atau siapa saja yang memiliki
kelebihan harta mau bergabung bersama-sama mereka menebar kebaikan dimuka bumi.
Safarnya
wanita tanpa mahram
Nabi memperingatkan agar
para wanita tidak melakukan safar kecuali bersama mahram. Dalam hadits
disebut-kan: Dari Ibnu Abbas Radhiallaahu 'anhu ia berkata: Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Tidak boleh seorang wanita melakukan safar kecuali bersama mahram
dan tidak boleh seorang laki-laki masuk (menemuinya) kecuali ia bersama
mahramnya . " (HR Asy Syaikhan)
Para ulama dan masyayikh
berpendapat bahwa larangan safar bagi wanita tanpa mahram sama sekali tidak
berkaitan dengan kondisi, jenis safar dan pertimbangan pertimbangan tehnis
lainnya, artinya ia merupakan sesuatu yang mutlak. Demikian Wallahu a'lam bish shawab. (Disarikan
dari bulletin Darul wathan, Lil musafirin)
0 komentar:
Posting Komentar