Perbedaan
Wirid Berdasarkan Perbedaan Keadaan
Orang yang berjalan menuju
akhirat tidak akan lepas dari salah satu dari enam keadaan ini.
1.
Ahli ibadah, yaitu orang
yang memutuskan diri dari segala macam kesibukan duniawi hanya untuk beribadah.
Wirid-wiridnya seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Namun, apa yang
dilakukannya juga bisa berbeda-beda. Keadaan
para ahli ibadah dari kalangan salaf juga berbeda-beda. Di antara mereka ada
yang lebih banyak membaca Alquran hingga dalam satu haru mereka bisa khatam
sekali atau bahkan dua kali. Yang lain ada yang lebih banyak betasbih, yang
lain lagi ada yang lebih banyak mendirikan salat, dan yang lain lagi ada yang
lebih banyak melakukan tawaf di Kakbah.
Jika ada yang bertanya, "Manakah yang lebih utama di antara wirid-wirid tersebut dan yang sebaiknya lebih banyak dilakukan?" Ketahuilah bahwa yang paling utama adalah melihat kondisi taip-tiap orang. Karena, maksud dari wirid-wirid itu adalah menyucikan hati, hendaklah seseorang melihat mana yang lebih mantap baginya dan mana yang sekiranya dapat dia kerjakan secara ajeg. Jika dia merasa bosan, dia bisa beralih ke jenis wirid yang lain.
Abu Salman ad-Darani berkata, "Jika hatimu merasa mantap saat berdiri, janganlah buru-buru rukuk, dan jika hatimu merasa mantap rukuk, jangan buru-buru berdiri."
2.
Orang yang berilmu, yaitu orang yang lebih
banyak memberi manfaat kepada orang lain dengan cara menyampaikan fatwa,
mengajar, menulis, atau memberi nasihat. Tingkatannya dalam melakukan wirid
berbeda dengan ahli ibadah. Dia lebih banyak membutuhkan penelaahan berbagai
buku dan kitab yang terdiri dari beberapa jilid. Jika dia menghabiskan waktunya
untuk pekerjaan ini, ini adalah hal yang paling utama baginya setelah salat
fardu lima waktu. Yang kami maksudkan ilmu yang menyertai ibadah ini adalah
ilmu yang berorientasi ke akhirat dan membantu jalan untuk ke sana. Yang tidak
kalah pentingnya bagi orang yang berilmu ialah pandai-pandai membagi waktu.
Ketika tidak mengajar, dia bisa mendalami ilmu dan memikirkan berbagai hal, dan
seterusnya.
Pembagian waktu malam, bagi kalangan orang yang berilmu, yang terbaik adalah seperti yang dilakukan oleh Imam Syafii rhm. Dia membaginya menjadi tiga bagian. Sepertiga pertama untuk menulis ilmu, sepertiga kedua untuk salat, dan sepertiga ketiga untuk tidur. Tetapi, jika musim dingin, dia tidak kuat melakukan pembagian seperti itu, kecuali jika tidur siangnya cukup memadai.
3.
Orang yang mencari ilmu. Baginya mencari
ilmu lebih utama daripada menyibukkan diri dalam zikir dan salat-salat sunah.
Derajat orang yang berilmu dan orang yang mencari ilmu hampir serupa dalam
masalah wirid. Hanya saja, orang yang mencari ilmu lebih disibukkan untuk
mencari manfaat, sedangkan orang yang berilmu lebih disibukkan untuk memberi
manfaat. Orang awam bisa mencari ilmu dengan mendatangi majelis-majelis zikir,
majelis ilmu, nasihatn dan lain-lainnya. Hal ini jauh lebih baik baginya
daripada tenggelam dalam zikir.
4.
Waliyul amri. Yang termasuk dalam
kelompok ini adalah seperti pemimpin, penguasa, hakim, dan para pejabat yang
menangani urusan umat Islam. Andil dan aktivitas mereka melayani kebutuhan
orang-orang muslim yang sesuai dengan syariat secara ikhlas selbih utama
daripada wirid-wirid yang disebutkan di atas. Karena, aktivitasnya itu juga
merupakan ibadah yang manfaatnya merata. Pada siang hari mereka cukup
melaksanakan salat fardu. Waktu selainnya harus dipergunakan untuk melayani
kebutuhan umat. Mereka cukup melakukan wirid pada malam hari.
5.
Pekerja, yaitu orang yang perlu
bekerja untuk nafkah keluarganya. Dia tidak perlu menghabiskan waktu untuk
beribadah. Tetapi, dia harus berusaha dan bekerja. Jika segala kebutuhannya
sudah terpenuhi, dia bisa melakukan wirid.
6.
Orang yang
tenggelam dalam kecintaan kepada Allah. Dia melakukan wirid setiap
usai salat fardu. Hatinya serasa bersama Allah dan bergerak-gerak ke mana pun
yang dikehendakinya, seperti wirid yang diucapkannya. Yang pasti wirid ini
harus dilakukan secara istikamah (terus-menerus), sebagaimana sabda Rasulullah
saw. (yang artinya), "Amal yang
paling dicintai Allah adalah yang terus-menerus sekalipun sedikit."
Sumber: Diadaptasi dari Minhajul Qashidin: Jalan Orang-Orang yang Mendapat Petunjuk terjemahan dari Mukhtasyar Minhajul Qashidin, Al-Imam asy-Syekh Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah al-Maqdisy
Al-Islam, Pusat Informasi dan Komunikasi Islam
Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar